Rabu, 02 November 2016

A Sufi's Diaries: Book 8







Diary 50:
The Knowing Heart
Hati yang Memahami


Banyak yang bertanya pada saya. Lalu saya jawab dengan rinci dan lengkap.
Bertanya lagi, lalu saya jawab lagi.
Pertanyaan yang serupa dan jawabannya tetap sama.

Logis? Ya. Bila dicerna dengan open mind.

Lalu mereka bertanya lagi, "Dari mana sumber jawabanmu? Adakah referensinya?"

Saya menjawab, "Dari hati."

Dan mereka langsung tidak yakin, diam seribu bahasa. Mungkin ada yang langsung menganggap saya hanya mengarang2 saja.

Salah? Tidak. 
Keraguan itu baik. Kuncinya hanya bersabar dan teruslah belajar.
Bahkan tugas PERTAMA yang diberikan Tuhan kepada Rosul-Nya adalah "belajar", bukan yg lainnya.

Nanti setiap orang yang berjalan di ranah spiritual pada akhirnya akan paham dan akan mulai mempercayai hatinya.

Bagaimana menguji kebenaran hati itu?

Dua hati pengelana spiritual yang terpisah jauh dan tidak pernah berhubungan satu sama lain, bertemu. 
Dan setelah keduanya berbincang lama, ternyata keduanya menyimpulkan hal/pengetahuan yang sama.

Bagaimana bisa?
Karena begitulah kebenaran itu terungkap secara alamiah. Dari dalam hati.

Hati yang bersih, luas, bebas merdeka tanpa batas.

Seperti seorang seniman yang melukis sebuah lukisan sangat indah, berjiwa, dan memukau serta menyentuh siapa pun yang melihatnya.
Darimana referensi sang pelukis?
Dia menjawab, "Dari hati."

Wahai saudaraku, pengelana spiritual,
Teruslah bertanya, belajar, dan mengkaji pengetahuan Tuhan yang tak berbatas ini.

Kenalilah, bersahabatlah dengan hatimu.
Bebaskan hatimu dari batasan apa pun.
DIA berbicara padamu dalam bahasa rasa.
Di dalam hatimu.

Kemanapun kau menghadap, ada wajah-Nya di situ.








Diary 51:
The Long Awaited Question

Pertanyaan yang Sudah Lama Dinantikan


Perbincangan antara guru dan muridnya.

Murid; "Ibarat air teh, air sirup, air kopi, juice. Memiliki ciri fisik yaitu rasa berbeda, warna berbeda, tekstur berbeda, namanya pun berbeda. Namun jika aku memandang semua perbedaan fisik itu sebagai simbol, maka yang tinggal adalah esensinya, yaitu air. Bagaimana menurutmu, guruku?"

Sang guru memandang dalam-dalam mata muridnya. Air matanya berlinang, inilah pernyataan serta pertanyaan yang dinanti-nantikannya dari sang murid.

"Ya, kau benar. Ini adalah sebentuk kesadaran yang tinggi. Kau telah memahami esensi dari penciptaan. Bentuk adalah simbol. Jika kau sudah mampu menyimbolkan bentuk-bentuk yang ada, maka kau dapat memisahkan simbol dari esensinya. Esensi itu sama dan dapat kau temui di mana pun kau berada. Esensi tidak akan berubah.

Sudah sangat lama kunantikan peristiwa ini. Kau telah berada di sini bersamaku sekarang. Pencapaianmu sudah terungkap."

---------------
Pertanyaan murid di atas sesunguhnya bukan itu. Tetapi saya menggantinya dengan analogi air agar dapat lebih mudah dipahami. Sesungguhnya Ia bertanya mengenai kisah-kisah di kitab suci yang jika diresapi dengan sungguh-sungguh secara mendalam, maka terlihat jelas adanya simbolisasi pada kisah-kisah itu. 

Jika kau mampu menemukan simbol, maka kau akan menemukan esensi darinya. Ada pesan dibalik pesan. Pesan fundamental itulah yang membuat semua ajaran agama di bumi ini sama. Yang pasti bukan di tingkat fisik, bukan pula di tingkat spiritual, tetapi di dalam mistik.

Jika kau sudah menemukan ini, maka kau menyadari sebentuk kebenaran yang selama ini kau cari. Kebenaran yang mempersatukan semua manusia. Satu Kebenaran. Dan tiada apa pun selain yang Satu itu.

---------------
Guru: "Apa lagi yang kau dapat kau lihat dari sini?"

Murid: "Banyak, guru. Sangat banyak! Sekarang aku paham!"

Guru: "Apa yang kau rasakan dari pengetahuan yang kau dapatkan ini?"

Murid: "Damai... jiwaku tenang... Tidak ada satu kekhawatiran pun."

"Ada rasa lainnya... oh... rasa itu... "

Si murid mulai menangis tersedu-sedu.

Guru membelai kepalanya penuh cinta, dan berkata,
"Ya... itulah Kerinduan-Nya padamu. Dia sudah menantikanmu sejak lahirmu."
---------------
Dari dan untuk para Sufi, dimana pun.






Diary 52:
Do You Remember?

Ingatkah Kau?


Ingatkah kau dikala kita hanya sendiri di padang yang luas ini?
Aku dan dirimu menapaki seluruh pelosok dengan bebasnya tak terbendung angkara. Kau peluk aku dengan mesranya. Dan kita berjanji hidup selamanya, dalam cinta dan kasih seluas alam ini.

Ingatkah kau saat kita memulai keluarga kita?
Kita memiliki keluarga, anak, cucu, teman, sanak saudara. Semua saling mencitai satu sama lain. Kita duduk di tepi perapian setiap malam sambil menikmati apa yang kau hidangkan.

Ingatkah kau saat pertama kalinya lantunan merdu terdengar?
Salah satu dari aku menyenandungkan melodi merdu yang terdengar sangat indah. Perapian kita pun terhiasi dengan nyanyian indahmu setiap malam.

Ingatkah kau saat hujan?
Pagi itu kau menetes dari langit dan membasahi setiap jengkal tanah, pepohonan, dedaunan, sekujur tubuhku. Setiap tetesanmu adalah cintamu padaku, dan pada seluruh alam ini.

Ingatkah kau saat musim berganti?
Aku peluk dirimu erat, melindungimu dari perubahan cuaca. Kita berjalan mencari kehangatan dan kenyamanan. Alam meneduhkan kita dengan cintanya.

Ingatkah kau dikala jumlah kita semakin banyak?
Ada banyak kau dan aku. Sebagian tidak mengenali sebagian yang lainnya. Tetapi kita mengenali semua. Karena cinta kita tidak terbagi. Kita hidup di dalam setiap yang hidup sepanjang masa.

Ingatkah kau saat kau tersakiti?
Sebagian dari aku menyakitimu. Kau merintih pilu dan memelukku. Aku memberikanmu belaian kesembuhan. Aku selalu ada di sini untukmu.

Ingatkah kau saat kau menangis dan berteriak minta ampunan?
Sebagian dari aku membunuh sebagian darimu. Sebagian dari aku merusak tempat tinggal kita. Luluh lantak. Basah menjadi kering, kering menjadi basah. Yang tumbuh menjadi mati. Yang hijau menjadi kelabu. Cinta menjadi benci. Hormat menjadi dengki. Kasih menjadi hina.

Aku menangis menyaksikan itu semua. Aku menangis melihatmu menjerit kesakitan meminta ampun padaku.
Aku ada di sini bersamamu. Aku mencintaimu. Maafkan aku.

Ingatkah kau saat aku mengingatkanmu kembali mengenai perjumpaan pertama kita?
Aku selalu mencintaimu sejak awal kita bertemu.
Cintaku padamu tak pernah pudar.
Aku dan dirimu tak terpisahkan.
Kesedihanmu adalah kesedihanku.
Kebahagiaanmu adakah kebahagiaanku.
Aku dan dirimu, satu.

Maafkan segala kesalahanku padamu yang sudah menyakitimu sampai begitu.
Kita bisa memulainya lagi dari awal.
Kita bisa kembali ke saat kita berjumpa pertama kali.

Pejamkanlah matamu. Tidurlah. Mimpikan aku.
Kita akan memulainya kembali.

Lalu sebelum kau tertidur, aku berbisik perlahan di telingamu,
Ingatkah kau saat aku berbisik padamu sebelum kau terlelap tidur?

---------------
Aku ingat ketika kau berjanji mencintaiku sampai habisnya masa alam ini.
Aku ingat ketika kau berjanji padaku akan menjagaku selalu dengan cintamu.
Aku ingat ketika kau berikan aku rasa cinta dan kasihmu yang sangat besar ini.
Aku ingat semuanya. Karena aku dan dirimu, Satu.

Saat aku terbangun nanti, aku ingin merasakan kembali cintamu yang agung itu.

... ... ...







Diary 53:
Colours

Warna-Warna


Warna apa yang kau sukai?
Adakah satu warna lebih baik atau lebih buruk dari warna lainnya?
Apakah warna putih lebih baik dari warna hitam?

Mungkin Seniman adalah orang yang paling mengetahui mengenai warna. Ia mengetahui setiap warna memiliki makna tersendiri dan memiliki perannya masing-masing pada selembar kanvasnya.

Tidak ada warna yang baik atau warna yang buruk. Setiap warna memiliki ciri khas tersendiri. Setiap warna adalah unik. Ada ratusan bahkan ribuan kombinasi dan gradasi warna. Setiap warna menghadirkan kesan serta nuansa tersendiri.

Tidak ada warna yang lebih unggul dari warna lainnya. Setiap warna memiliki perannya masing-masing dalam menampilkan keindahan. Setiap warna itu indah. Warna menyampaikan rasa tersendiri dan mempengaruhi perasaan siapa pun yang memandangnya. Bahkan dapat mempengaruhi lingkungan sekitarnya.

Torehan-torehan warna-warna bila dipadukan akan menghasilkan sebuah lukisan yang melipat-gandakan kesan yang dihasilkannya. Sebuah lukisan adalah sebuah kisah panjang penuh energi dari pelukisnya. Karya yang memiliki ruh - adalah karya yang dilukis atas dasar pemahaman fundamental ini.

Warna-warna berasal dari satu warna dasar, yaitu putih sempurna. Tidak ada warna yang bukan berasal dari warna Putih.

Hidupmu penuh warna-warni. Tidak ada satu pun kejadian di dalam hidupmu yang lebih baik atau lebih buruk dari kejadian lainnya. Setiap kejadian membawa makna, pesan dan hikmah tersendiri bagimu.

Tidak ada kejadian yang baik atau pun buruk. Setiap kejadian adalah titik yang akan membentuk garis kehidupanmu. Setiap kejadian adalah pelajaran.

Jika kau menyadarinya, warna-warni kehidupanmu membentuk dirimu. Kau adalah lukisan dari torehan warna-warni kejadian hidupmu.

Jika kau cukup memahami, maka setiap warna akan kau hargai dan syukuri perannya masing-masing dan jadilah lukisan dirimu yang sarat padat akan kebijakanmu selama hidup.

Jangan pandang kejadian sebagai baik atau buruk, tetapi pandanglah sebagai warna-warna. Dan warna itu bagian dari semua. Semua bagian dari yang Satu.

Semua warna adalah bagian dari warna putih sempurna. Baik dan buruk adalah bagian dari Yang Satu Sempurna.
Kesempurnaan hidup adalah memahami semuanya.
Terimalah Dia apa adanya.

Atas dasar pemahaman ini, maka jadikanlah dirimu sebuah Maha Karya, sebuah Karya Agung.

Karena Kau berasal dari yang Maha Agung.
Dirimu yang sesungguhnya tidak kurang dari itu.

Cintailah dan pahamilah Aku apa adanya, maka kau adalah sebentuk Karya Agung.






Diary 54:
So, Do You Know Who You Are?

Jadi, Apakah Kau Tahu Siapa Dirimu?

"I am a flower. As simple and humble as a blooming flower in the morning. If I am not blooming, then I die."
(Aku adalah sekuntum bunga. Sesederhana dan seberhajanya sekuntum bunga yang mekar di pagi hari. jika saya aku tidak mekar, maka aku mati.)

---------------
Saya selalu berkata, "Tidak ada satu pun yang milikku."

Kemudian orang bertanya, "Lalu, mengapa kau berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan yang bukan milikmu?"

Dan inilah penjelasan saya;

Tuhan mencipta manusia dalam wujud yang baik dan sesuai. Masing-masing manusia adalah unik. Setiap orang memiliki keunggulan dan kelebihan yang jika ditekuni maka tidak akan ada yang menandinginya.

Setelah lebih dari 40 tahun hidup di dunia ini, Tuhan telah menujukkan kepada saya siapa saya yang sesungguhnya. Petunjuk itu datang langsung dari-Nya dan bukan dari orang lain. Ada rasa yang menggerakkan saya untuk berhenti sejenak melakukan semua yang telah kulakukan selama hidup ini dan mendengarkan rasa-Nya itu.

Saya tidak mengatakan bahwa yang saya lakukan selama ini salah, tetapi sudah tiba saatnya semua itu menjadikan diri saya yang sesungguhnya, yang telah diciptakan-Nya. Saya adalah apa yang telah dijadikanNya. Bukan bentukan dari orang tua, orang lain, masyarakat, agama, adat istiadat, doktrin, dogma. Tetapi seorang manusia yang telah dijadikanNya.

Sekuntum bunga bawar setiap pagi membuka kelopak bunganya dengan maksimal. Menampilkan warna yang cerah cemerlang. Setiap pagi ia melakukan fitrahnya - yaitu untuk apa ia diciptakan di dunia ini - sebagai bunga mawar yang cantik. Maka ia pun bertindak / berlaku mekar maksimal sebagai bunga mawar.

Tetapi tidak dengan manusia. Manusia terbentuk dari bentukan lingkungannya; oleh orang tua, masyarakat, agama, aturan, doktrin, dogma, - manusia!

Di suatu malam yang hening saya memutuskan untuk kembali pada-Nya. Kembali kepada diri saya yang sesungguhnya, sebagaimana saya diciptakan. Dan tidak ada satu makhluk pun di alam ini yang boleh menghentikan saya.

Bunga mawar akan tetap mekar maksimal apa pun yang terjadi di sekelilingnya. Jika tidak mekar, maka ia mati.

Begitu pula saya, bila saya tidak hidup sebagai AKU yang sesungguhnya, maka saya tidak lebih baik dari manusia mati. Maka lebih baik saya mati.

Dan akan betapa hinanya saya bila mati kemudian menghadap Dia dalam kondisi penuh kedok dan topeng. Betapa malunya saya bila kembali kepadaNya dalam kondisi penuh kepalsuan.

Tidak!, saya akan mati kembali kepada-Nya dalam wujud saya yang asli, sebagaimana saya diciptakan-Nya! Tidak sedikit-pun kurang dari itu.

Oleh karena itulah saya berusaha maksimal sesuai wujud saya yang sesungguhnya walaupun apa yang saya dapatkan bukan milik saya. Tidak ada satu pun di dunia ini yang milik saya. Saya hidup masksimal bukan karena hasil, tetap karena saya diciptaan untuk itu. Tanpa batasan apa pun. Tidak ada satu pun makhluk di alam ini yang menghalangi jalan hidup saya. Bebas, merdeka dalam makna yang hakiki.

Sangat sederhana, sangat simple, sangat rendah hatinya;
"Saya hidup di jalan-Nya."

Dan hubunganku dengan-Nya adalah DIRECT!
Tidak ada satu pun perantara di antara aku dan Dia.
Dan aku hanya mendengarkan pesan-pesan-Nya.

Aku bukan bentukan makhluk-Nya.
Aku adalah bentukan-Nya langsung.
Aku adalah sebentuk karya Agung.
Aku bersyukur dan bahagia apa pun yang terjadi.
Sesederhana itu.

Jadi, apakah kau sudah tahu siapa dirimu?






Diary 55:
My Name is ... and I am a Human Being
Namaku adalah ... dan Aku Adalah Manusia


Seorang sahabat bertanya kepada sahabat lainnya, "Apa pendapatmu mengenai Iblis dan Syaitan?"

Jawaban sang sahabat, "Mereka adalah makhluk Tuhan. Maka saya mengakui mereka, menerima (accept) dan mendoakan kebahagian untuk semua makhluk Tuhan."

Sahabat saya menceritakan percakapan mereka itu kepada saya. Saya terharu mendengarkannya. Bagai merasakan siraman air kesejukan dari sepenjuru alam.

Siapakah diantara orang-orang yang kita temui sehari-hari akan memberikan jawaban seperti itu bila diajukan pertanyaan serupa?

Sebagian orang bersikap memusuhi makhluk Tuhan yang kerap diceritakan sebagai musuh manusia. Bahkan tidak sedikit yang membunuh makhluk-makhluk Tuhan dengat dalih "pengobatan".

Tidak sedikit dari mereka yang bergelar cukup tinggi di dalam lingkup agamanya yang menganjurkan kebencian terhadap sesama makhluk Tuhan. Bagi mereka, cinta kasih hanyalah untuk sesama manusia dan makhluk yang "tidak mengganggu." Sedangkan makhluk selain manusia yang dikategorikan "mengganggu" manusia hanya karena "terlihat" tanpa sengaja, dan yang rupanya yang "jelek / buruk / menakutkan" menurut mereka, adalah musuh yang patut dihalau, diusir bahkan dianjurkan dibunuh.

Saya bertanya, dari mana gelar itu? Siapa yang menyematkan gelar itu kepada mereka?
Jawabannya; manusia.

Jabatan, pangkat, kedudukan, semua peringkat itu adalah buatan manusia.
Dan dengan bergelar tinggi, sudah otomatis mendapatkan hormat dari manusia lainnya. Gelar itu adalah dari manusia untuk manusia.

Manusia menaruh penghormatan hanya pada yang terlihat, pada material. Gelar tinggi menjadikan manusia merasa dibenarkan bertindak semena-mena pada hal-hal yang tak terlihat.

Dan yang paling memprihatinkan adalah gelar itu diyakini sebagai kunci akhirat, sebagai syarat terbaik untuk diterima di sisi Tuhan.

Pernah kita bertanya; apa yang membuat manusia tinggi peringkatnya bagi Tuhan itu sendiri? Bagaimana Tuhan menentukan tingkat kedekatan manusia kepada-Nya?

Tidak ada gelar apa pun. Kepahaman kita terhadap-Nya yang hakiki-lah dan apa adanya-lah yang menentukan bagaimana hubungan kita dengan Dia.

Dia yang tanpa syarat, Dia yang Singular. Dia yang telah menciptakan alam ini dengan kesempurnaan-Nya. Tidak ada satu pun yang tersia-sia. Manusia tidak akan diciptakan tanpa malaikat dan iblis. Malaikat dan iblis tidak akan ada tanpa manusia.

Malaikat dan iblis adalah dua kualitas ekstrim. Manusia memiliki kedua kualitas ini. Manusia adalah makhluk mulia yang mampu mengakui keberadaan semua yang terlihat dan tak terlihat.

Jika seorang meyakini Tuhan yang Singular, mengapa menolak sebagian ciptaan-Nya? Mengapa menghukum sesama makhluk dengan aturan yang dibuat sendiri?

Mengapa harus mendikte Tuhan? Mengapa memberi definisi/batasan kepada Tuhan?
Mampukah kita menerima Tuhan apa adanya Lalu bertanya langsung pada-Nya bagaimana hubunganmu sekarang dengan-Nya?

Tuhan adalah Tuhan.
Tidak ada pangkat apa pun yang diperlukan bagimu untuk menerima-Nya.
Kepahamanmu terhadap-Nya lah yang menentukan kedekatanmu dengan-Nya.

Namaku adalah ..., dan aku adalah manusia.






Diary 56:
Alignment
Kesesuaian


Air laut yang tenang, memiliki volume dan massa yang besar. Laut yang tenang menyimpan potensi yang sangat besar.
Udara yang diam juga menyimpan potensi besar.
Kemudian dengan adanya perubahan suhu dan tekanan, udara pun bergerak, udara yang bergerak di atas laut menjadi angin kencang yang menggerakkan air laut. Air laut yang tadinya diam tenang mulai bergerak, bergelombang, semakin tinggi dan semakin kencang.

Pertemuan dua potensi menghasilkan energi yang sangat besar. Sangat besarnya hingga mampu menenggelamkan kapal dan menyapu satu desa.

Baja dan bahan bakar. Bila keduanya dibentuk sedemikian rupa menjadi blok mesin dengn ruang bakar dan piston, lalu dialirkan bahan bakar ke dalamnya menjadikan besi - yang sudah menjadi mesin - itu bergerak dan mampu menggerakkan sebuah kendaraan besar. Dari potensi menjadi energi. Energi yang besar.

Inilah alligment. Inilah kesesuaian. Setiap komponen yang saya sebutkan di atas bila dipadukan dan memerankan potensinya masing-masing akan menghasilkan kekuatan atau energi besar.

Di alam ini, semua adalah potensi. Dan potensi itu bila disesuaikan keterpaduannya, akan menghasilkan energi yang besar. Seperti apa saja potensi itu? Semuanya! Baik itu yang terlihat dan tak terlihat. Baik itu material maupun non-material. Fisik dan meta-fisik. Semuanya. Termasuk pergerakan benda-benda langit yang sering terajdi siklus serta kesesuaian. Kalender yang berkesesuaian, dll, dll. Semuanya!
Semua yang berkesesuaikan adalah keterpaduan yang menghasilkan energi.

Lalu apa peran manusia? Manusia adalah bagian dari alam ini, maka manusia pun adalah pelaku atau komponen kesesuaian itu. Dua orang lebih besar energinya dibandingkan satu orang. Sebuah ide yang didukung banyak orang akan sangat mudah termanifestasi menjadi gerakan besar yang membawa perubahan.

Kesesuaian manusia dengan alam adalah interaksi aktif dua arah diantara keduanya; manusia dan alam. Alam selalu menyampaikan sinyal kepada manusia yang berkesesuaian terhadapnya. Bila ini disadari dan dimanfaatkan, akan dapat terpanen energi besar yang dihasilkan oleh manusia dan alam itu.

Se-awas apa anda mampu merasakan sinyal-sinyal alam?

Saya selalu berdoa kepada sahabat; "Semoga kau mendapatkan yang sesuai." Bukan yang terbaik, tetapi yang sesuai. Karena sesuai sudah pasti yang terbaik baginya. Karena sesuai berarti alam mendukungnya. Dan sesuai berarti cocok untuknya sesuai fitrahnya.

Dan satu lagi. Apa yang bisa anda manfaatkan dari energi besar yang dihasilkan dari kesesuaian tersebut?
Manifestasi!

Saya pernah mengatakan, manifestasi bagaikan melukis pada alam. Alam adalah kanvas, kuas adalah niat/feeling, energi adalah cat. Manifestasi adalah melukis rasa anda di alam dan menjadikannya nyata. Di saat terjadi kesesuaian, cat datang pada dalam jumlah yang sangat besar. Anda bisa memanfaatkan energi yang berkelimpahan tersebut untuk manifestasi anda.

Manifestasi adalah Feeling.
Your feeling is your prayer.
Your feeling is your manifestation.
Dan semuanya sudah terjadi. Sekarang.






---------------
Erianto Rachman​

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Terimakasih