Selasa, 07 Juni 2016

Tree of Life

Serene Heart, Peaceful Soul




"Your very existence is to love others."


Edisi 1


Dulu saya sering bertanya, dan mungkin anda juga sering menanyakannya;
"What is the purpose of life? What is the purpose of living?"
"Apakah tujuan kehidupan? Apakah tujuan hidup?"

Dari pertanyaan yang sangat sederhana itu, dimulailah sebuah langkah kecil dalam sejarah hidupmu.

Setiap manusia melangkah pada jalannya masing-masing. Di antara mereka ada yang seperti dirimu; selangkah demi selangkah kau merenung, bertanya, membaca, dan mengkaji. Pertanyaan sederhana itu memerlukan jawaban yang datang dari berbagai disiplin ilmu dan berbagai sudut pandang. Seperti pecahan puzzle yang terpisah-pisah. Kau menemukan kepingan-kepingan itu satu per satu di sepanjang jalanmu. Lalu kau coba untuk menyatukannya menjadi sebuah gambar besar kehidupan.

Setelah puluhan tahun, kau merasa telah mengumpulkan semua kepingan puzzle itu. Tetapi ternyata masih kurang lengkap. Gambar itu masih tidak terlihat. Kadang kau bertanya kepada diri sendiri, "Seharusnya kepingan ini pas terpasang kepada kepingan itu! Tetapi mengapa gambarnya tidak bersambung?"

Ada jeda di antara kepingan. Kau tidak tahu ke mana lagi kau harus mencari untuk mendapatkan kepingan sisanya. Kau bahkan tidak tahu gambar apa yang seharusnya ada pada kepingan-kepingan yang hilang itu. Bagaimana harus kau lanjutkan pencarian ini?

Ada satu kisah yang saya anggap sebagai analogi terbaik dalam menggambarkan kisah perjalanan ini. Kisah ini pernah saya tulis di dalam artikel saya yang berjudul "The Universal Knowing". Kisahnya bertajuk, "A Seed and Forest" (Sebutir biji dan hutan).

Adalah sebutir biji. Ia memiliki rasa ingin tahu yang kuat mengenai bagaimana hutan tercipta. Ia tidak cukup pengetahuan untuk menjawab rasa ingin tahunya itu. Maka ia pun memulai pengembaraannya untuk mencari jawaban.

Dalam perjalanannya ia belajar satu per satu pengetahuan yang bisa ia pelajari, dimulai dari ilmu tanah, ilmu air, dan ilmu udara. Ia sekarang mengerti bahwa di sekelilingnya ada tanah, air dan udara. Dan ia tahu fungsi mereka masing-masing. Namun pengetahuan ini belum cukup dalam menjawab bagaimana penciptaan hutan.

Ia melanjutkan perjalanannya. Ia memperluas pengetahuannya. Si biji mempelajari ilmu lain seperti ilmu iklim, cuaca, juga ilmu tentang benda-benda langit seperti cahaya matahari, bulan, dan bintang. Sekarang ia tahu apa fungsi dari masing-masing komponen itu dan bagaimana hubungannya antara satu dan lainnya. Ia juga paham bagaimana semua itu berhubungan dengan tanah, air, dan udara.

Si biji sekarang menjadi biji yang pintar dan terpandang. Ia sudah layak mendapatkan gelar biji yang berilmu tinggi. Ia paham dengan baik apa yang terjadi pada alam di sekelilingnya. Namun pengetahuannya ini yang telah dipelajarinya selama bertahun-tahun masih belum mampu menjawab keingintahuannya mengenai bagaimana hutan tercipta.
.......... 

Sekiranya, begitulah dirimu saat ini yang bernasib sama dengan si biji. Kau sudah mempelajari semuanya mengenai dunia ini, namun masih belum mampu memuaskan dahagamu. Kepingan-kepingan puzzle itu masih belum ditemukan seluruhnya.

Mengapa ini menjadi penting bagimu?
Bobot kepentingan persoalan ini berbeda-beda pada setiap orang berdasarkan tingkat kedewasaan dan kesadarannya masing-masing. Semakin tinggi tingkat kesadaran seseorang, semakin ia tidak mudah terpuaskan dengan jawaban yang ditawarkan kepadanya. Ia mencari kepingan puzzle itu dengan lebih berhati-hati, namun juga memberanikan diri untuk membuka cakrawalanya yang selama ini terlihat relatif dekat. Menembus batas ilmu fisik, menembus dogma, menembus batas-batas doktrin agama.

Kala penjelasan logis menemui kebuntuan, kau beralih kepada sesuatu yang filosofis. Bahkan itu pun masih terus kau pertanyakan. Lalu kau memasuki alam spiritual. Di sana kau bertemu seseorang.
.......... 
Beberapa tahun lamanya kemudian, si biji masih ingin tau bagaimana hutan tercipta. Tapi ia tidak tau harus belajar apa lagi. Dan ia tidak punya tempat untuk bertanya. Hidupnya sudah tidak ada artinya lagi. Sampai suatu hari ia bertemu sebatang pohon tua yang besar.

Ia pun bertanya kepada sang pohon besar, "Wahai pohon tua besar yang bijak, apakah engkau tau bagaimana hutan tercipta? Sudikah kau menceritakannya kepadaku?"

Sang pohon besar memandang ke bawah ke arah si biji. Ia berkata, "O biji, berhentilah bergerak, dan duduklah diam di sampingku."

Si biji menuruti apa yang dikatakan oleh pohon besar. Ia duduk berdiam diri di samping pohon besar itu.

Sehari, seminggu, sebulan pun berlalu, biji tetap duduk diam tidak bergeming. Perlahan-lahan mulai terjadi perubahan pada dirinya. Biji mulai ditumbuhi akar kecil, yang kemudian membesar dan menjalar menembus tanah. Tubuhnya meninggi karena batang yang tumbuh keluar dari tubuhnya. Daun pun muncul dari batangnya. Ia merasakan cahaya matahari masuk ke dalam tubuhnya yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Dulu ia hanya tahu mengenai cahaya, namun sekarang ia bisa merasakan cahaya mengalir melalui daun dan seluruh tubuh. Ia merasakan akarnya yang menyerap zat-zat mineral dari dalam tanah ke dalam tubunya. Ia pun semakin tumbuh. Semakin besar, dan besar.

Bertahun-tahun sudah berlalu, si biji sekarang bukanlah sebuah biji lagi. Ia telah menjadi sebatang pohon yang sangat tinggi dan besar, berbatang banyak, disertai daun-daunnya yang rimbun. Sekarang si biji memahami bahwa selama ini ia sudah berada di dalam hutan. Dan ia sekarang mengerti bagaimana hutan itu tercipta.

Si biji mengerti. Ia lah hutan itu!

Seseorang yang kau temui akan memintamu untuk bertanya. Ia akan memberikan jawaban padamu sesuai dengan pertanyaanmu. Dengan kata lain, Ia akan menilai sejauh apa tingkat kesadaranmu dan memberikan informasi yang sesuai dengan kondisimu saat itu. Tidak kurang dan tidak lebih.

Selain dari itu dia hanya berdiam diri, atau memintamu untuk berdiam bersamanya.
Ia mengajarkan padamu bagaimana menemukan ruang yang tak tampak di dalam dirimu melalui meditasi. Dan ini tidak terjadi dalam sekejap. Hari, minggu, bulan, bahkan tahunan dengan ketekunan dan kesabaranmu melakukan apa yang kau hindari selama ini, yaitu 'diam',

Satu per satu simpul-simpul chakra-mu terbuka. Sebentuk cahaya alamiah berwarna putih keperakan memasuki tubuhmu dari atas hingga ke bawah, membersihkan dan memurnikan tubuhmu. Seperti sebongkah batu yang tadinya kotor, menjadi bersih licin mengkilap karena digosok terus menerus.

Proses pembersihan ini tidak terjadi seketika melainkan melalui proses taubah beberapa kali sepanjang hidupmu. Perlahan kau taklukkan egomu, kau kalahkan mara-mu dan mereka tunduk kepada hati nuranimu yang bersih murni. 

Saat ini hanya ada dirimu sendiri. Hubunganmu dengan dunia materi ini perlahan terputus. Isteri, suami, anak, karir, jabatan, harta-benda, dan semua yang kau miliki di dunia ini menjadi kabur, tergantikan dengan sesuatu yang lain. Sesuatu tadinya tak terlihat menjadi semakin nyata. Sesuatu itu semakin memenuhi ruang hatimu.
Sesuatu itu memancarakan cahaya, sama dengan cahaya yang memasukimu dari luar.

Sekarang kau hanya menjadi seorang pengamat. Dunia di sekelilingmu berputar, bergejolak, berlarian, namun kau tetap diam dan tenang. Kau merasakan ketenangan dan kedamaian jiwa sejati.

Di suatu malam yang hening, meditasimu terasa berbeda. Kau menemukan ruang hatimu yang selama ini belum pernah kau ketahui sebelumnya (Silakan baca: "A Journey Home"). 
Di sana kau temukan kepingan-kepingan puzzle pamungkas yang kau cari.

Kau ambil kepingan-kepingan itu dan kau pasangkan ke dalam sususan puzzle yang telah kau susun sebelumnya. Kepingan-kepingan baru itu masuk dengan sempurna. Gambar pada teka-teki mulai menyatu dan menunjukkan rahasianya. Gambar itu adalah potret dirimu. Potret dirimu yang sekarang.
Bukan dirimu yang lebih muda, dan bukan pula yang lebih tua. Tetapi dirimu yang sekarang - di saat kau berhasil membuka pintu hatimu yang terdalam, dan melengkapi susunan puzzle tersebut.


---------------

Saya maklum bila kisah di atas dinilai sebagai kisah isapan jempol belaka. 
Kisah ini membawa makna dan pemahaman yang berbeda-beda bagi para pembaca. Saya serahkan semuanya kepada anda.

Perjalanan hidup manusia penuh lika-liku. Sebagian memiliki masa kecil yang senang, yang lainnya cukup tragis. Usia remaja penuh warna; ada yang memiliki masa remaja berhiaskan kesenangan, ada yang penuh perjuangan hidup. Demikian pula dengan masa dewasa; ada yang bergelimang harta, ada pula yang tertatih - terseok hanya demi sesuap nasi.

Adapun demikian, saya ingin menyampaikan;
Bersyukurlah bagi mereka yang mempertanyakan pertanyaan sederhana di atas (di awal tulisan ini) dan berusaha untuk menjawabnya. Bersyukurlah dirimu yang telah dengan gigih mencari jawaban atas pertanyaan tersebut hingga menemukan kepingan puzzle-mu yang terakhir. Apa pun kondisi hidupmu, seberat apa pun perjalanan hidupmu, sesenang apa pun hidupmu.

Lalu, apakah jawaban dari pertanyaan tersebut?

Kau adalah sebatang pohon di antara pohon-pohon yang lain. Kau hanya merindukan air hujan yang turun membasahi bumi sehingga akarmu dapat tumbuh. Kau merindukan cahaya matahari menerpa daun dan rantingmu sehingga kau dapat hidup. Ini adalah air dan cahaya illahi - rahmat Tuhan untuk dirimu. Komponen esensial dalam hidupmu. Tidak ada yang lainnya yang lebih penting.

Air dan cahaya itu menjadikanmu sebatang pohon yang tinggi, besar, dan kuat. Rantingmu yang banyak dan panjang ditumbuhi dedaunan hijau yang lebat menawarkan perlindungan dan keteduhan bagi siapa pun yang berada di dekatmu. Bunga-bungamu yang indah berwarna-warni serta harum menghiasi dan menambah cantik alam ciptaan Tuhan ini. Begitu menawan dan sempurnanya dirimu.

Buah-buahanmu yang ranum pun memberikan banyak manfaat kepada semua makhluk. Burung-burung membuat sarangnya di dahan-dahanmu yang kokoh. Begitulah dirimu membawa manfaat kepada segenap penghuni alam ini, tanpa pamrih, tanpa mengharapkan imbalan apa pun. Kau hanya merindukan air dan cahaya Tuhan.

Sementara itu, dunia bergerak di sekelilingmu. Kau mengamati orang-orang berlalu-lalang di sekitarmu dengan kendaraan mereka atau dengan berjalan kaki. Kadang kala kau amati sebuah rumah yang tengah merayakan keriaan. Di waktu lain kau amati pertengkaran antara manusia. Dunia ini bergerak dinamis dari waktu ke waktu, penuh bisikan dan teriakan. Juga lantunan melodi indah serta kebisingan nada-nada sumbang.

Namun kau adalah pohon yang senantiasa diam dalam ketenangan dan kedamaian jiwa. Kau hanyalah pengamat. Dan kau tetap dengan setia dan alamiah, juga dengan kerendahan hatimu yang tanpa pamrih, berlaku sebagai pohon besar yang rindang, indah, cantik, serta bermanfaat bagi semua makhluk. 

Hidupmu adalah bagi semua makhluk.
Kau hidup untuk semua, karena kau merasakan cinta Tuhan melalui dirimu.
Kerinduanmu kepada Tuhan termanifestasikan ke dalam bentuk cinta tanpa syarat kepada segenap penghuni alam ini.

Kaulah pohon kehidupan yang indah dan cantik, secantik cintamu kepada seluruh alam.


---------------

Bagi sebagian orang, tulisan saya di atas mungkin tidak menjawab pertanyaan itu.

Namun bagi sebagian yang lain, bagi saya, semua sudah terjawab dengan baik.

Jadilah pengelana spiritual. Temukan jawaban pamungkas yang kau cari, di dalam dirimu.
Temukan ketenangan dan kedamaian jiwa sempurna di dalam hati. Di sanalah rumah sejatimu. Tempatmu untuk pulang. Temukan Tuhan di sana. Tuhan ada di dalam dirimu dan di seluruh alam ini.

Kerinduanmu adalah kerinduan-Nya.
Cintamu adalah cinta-Nya.
Manifestasi dari rasa-Nya kepadamu adalah cinta-kasihmu kepada sesama.
Membawa manfaat untuk sesama, tanpa pamrih.

Perjalanan hidupmu yang penuh liku tidaklah sia-sia.
Karena kau telah menemukan jawabannya.
Kau adalah makhluk yang, cantik, mulia, dan sempurna.


"You are as beautiful as your heart. Your are as entrancing as your love.
You are a flower that grows so captivating in the middle of a vast emptiness.
You are the light of life. You are the glow of the soul." 
~ Erianto Rachman ~ 



Damai  damai  damai
---------------
ER




7 komentar:

Bambang Wijanarko mengatakan...

Inilah tujuan manusia diciptakan, untuk menjadi penyeimbang alam, kalau akalnya boleh dipakai maka harus mampu memperbaiki alam agar selaras dan seimbang, oleh karena itulah di qur'an Allah mengatakan manusia AKU ciptakan sebagai kalifah di Bumi dan untuk beribadah kepadaKU. Kalau beribadah, jelas semua makhluk beribadah. Tetapi tidak semua ditunjuk sebagai kalifah/pemimpin di BUMI. Saya rasa pimimpin disini bermakna untuk menjaga keseimbangan alam Bumi.

Erianto Rachman mengatakan...

Terima kasih mas Bambang sudah membaca tulisan ini.

Angga mengatakan...

Astagfirullah...sungguh saya telah dibukakan pintu selama ini tapi tidak melihat pintu di depan mata.

Erianto Rachman mengatakan...

@Angga N:
I am happy for you.
Damai damai damai

Putu Ayu Winayasari mengatakan...

Enlightening, as usual. Thank you mas Eri, barakAllah

Unknown mengatakan...

Terimakasih

Unknown mengatakan...

Tuhan Engkau adalah sang Pengamat