Minggu, 19 Juli 2015

Wherever I Turn, I See Thy Face








Edisi 2


Ucapan Terima kasih

Sebelumnya, saya harus mengucapkan terima kasih yang tak berhingga kepada seluruh pembaca saya. Saya dipenuhi rasa syukur yang terdalam untuk setiap kejadian di dalam hidup saya. Banyak yang sudah dialami dalam waktu yang relatif singkat sejak dimulainya group Human Earth di facebook dan sejak tulisan saya terakhir.

Group Human Earth, walaupun baru dimulai dan belum terlalu banyak anggotanya, namun banyak juga post dan komen yang masuk. Terima kasih pada para anggota yang sudah aktif dan menyumbangkan ide-ide baru untuk tulisan saya berikutnya.

Saya juga menerima email-email, pesan chat, dan pesan-pesan langsung di facebook yang bertanya atau berkomentar. Saya sangat menghargai dan mensyukuri itu semua. Dan apa yang saya baca menggugah rasa di hati yang paling dalam, selayak mendapat siraman kesejukan kasih Tuhan yang membahagiakan.

Terima kasih dari lubuk hati saya yang terdalam.

---------------

Kita baru saja menutup bulan Ramadhan, selama 30 hari kita melakukan kegiatan yang esensinya adalah untuk Tuhan semata. Tulisan ini ditulis pada hari kedua perayaan Idul Fitri. Kami sekeluarga sedang menikmati hari yang sangat indah yang dipenuhi cinta dan kasih Tuhan, di pagi hari, sinar matahari masuk melalui pintu dan jendela rumah, angin bertiup pelan, dingin memenuhi ruangan. Kami baru saja menyelesaikan sarapan kami, dan saya melanjutkannya dengan menikmati secangkir kopi. Setiap tarikan dan hembusan nafas adalah bisikan kasih Tuhan. Saya mengambil komputer dan mulai menulis.

Bagi anggota Human Earth yang setia mengikuti perbincangan di group, hal yang akan saya tuliskan ini tidak asing lagi. Tulisan saya akan mengangkat mengenai ke-Esa-an atau ke-Satu-an Tuhan. Pengetahuan mengenai ke-Esa-an Tuhan tidak akan habis diulas dalam satu artikel. Ia mencakup banyak aspek. Saya akan mengangkat beberapa hal saja.

Ada beberapa pembaca yang mengamati perubahan tulisan saya, yang dulunya sarat akan pengetahuan fisika, kemudian berangsur-angsur berubah menjadi spiritual. Ada yang bisa mengikutinya dengan baik, namun ada yang berpendapat perubahan itu disayangkan dan masih berharap saya menulis mengenai fisika kembali. Bagi pembaca yang baru saja menemukan blog saya ini, saya mengajak anda untuk membaca tulisan-tulisan terdahulu dimana saya masih berbicara mengenai fisika dan perlahan mengikuti arah berpikir saya ke spiritual.

Seorang pembaca yang setia, dari negeri seberang mengirimkan testimoninya kepada saya yang tentunya tidak akan saya tuliskan di sini, namun hanya akan saya singgung intinya saja, bahwa ia merasakan apa yang saya tulis, termasuk perubahan dari fisika ke spiritual memang demikianlah yang sewajarnya harus terjadi. Ia menemukan hakikat serta benang merah di balik tulisan saya yang merombak paradox pola pirkir serta menyelaraskannya dengan pengetahuan yang hakiki. Saya ucapkan terima kasih sedalam-dalamnya, dan rasa syukur terdalam bila apa yang dibacanya membawa manfaat.

Tujuan saya adalah mencari kebenaran yang hakiki. Dan selalu saya singgung bahwa dalam mencari kebenaran yang hakiki kita tidak bisa mengkotak-kotakkan pengetahuan. Semua cabang pengetahuan harus disatukan dan kita harus menganalisa dari semua sisi tanpa kecuali. Dengan segala keterbatasan dan kerendahan hati, saya berharap saya berhasil menyampaikan pesan ini dengan baik. Apa yang saya harapkan adalah bahwa saya berhasil menunjukkan atau mejewantahkan hubungan science dan spiritual. 

Ada yang melayangkan pesan kepada saya, bahwa pencarian saya sebenarnya bisa langsung ditutup hanya dengan kembali kepada Al-Quran. Kebenaran yang hakiki ada di dalam kitab suci dan saya seperti orang yang sedang kebingungan mencari jalan pulang. Saya hanya bisa berterima kasih kepadanya, namun pembaca yang lain tentu mengerti bahwa saya mungkin mewakili banyak sekali manusia di bumi ini yang harus melakukan transformasi kesadaran. Dan ternyata proses yang memakan waktu lama dan berat - jatuh-bangun, membuka sangat banyak celah-celah pengetahuan yang tidak tampak sebelumnya.

Seperti seseorang yang membutuhkan selembar pakaian, cara termudah adalah dengan membeli pakaian jadi di toko. Namun ada yang memilih untuk menjahit sendiri. Karena dengan menjahit sendiri, seseorang akan mempelajari setiap langkah proses pembuatan sebuah baju sederhana, mulai dari pemilihan benang, ada banyak jenis dan kualitas benang tergantung bagaimana benang itu dibuat. Kemudian ia memilih kain. Ada sangat banyak jenis kain, kualitas, tekstur, tingkat kerapatan, kelembutan, dan lain sebagainya. Kemudian ia boleh memilih menjahitnya dengan tangan atau dengan mesin. Semua proses tersebut memakan waktu, tenaga, dan pikiran. Ia akan fokus, mencurahkan segenap dedikasi, ketekunan, dan cinta kasihnya kepada yang akan mengenakan pakaian itu. Sejalan dengan itu ia mendapatkan banyak sekali pengetahuan yang sebelumnya belum pernah ia ketahui. Pengetahuan itu selalu ada di hadapannya, namun ia tidak akan bisa meraih dan mempelajarinya jika ia tidak melakukannya. Selangkah demi selangkah. Pintu demi pintu. Hati demi hati...

Tanpa disadari, ia akan mengetahui jauh lebih banyak dari apa yang diharapkan sebelumnya. Pengetahuan itu terpadu melibatkan segala aspek kehidupannya. Ia mencapai kesadaran yang lebih baik dengan melakukan sesuatu untuk orang lain. Ia menaiki satu anak tangga dalam tingkat kesadaran, Ia melihat dan merasakan lebih banyak dan lebih baik. Di sana ada anak tangga lagi yang bisa ia naiki. Ada pintu lagi dalam ruangan itu yang menunggu untuk dibuka. Ada kebahagaiaan di dalam kebahagiaan. Ada cinta di atas cinta. Ada cahaya di atas cahaya.

Dan dengan meraih kesadaran itu, didapatinya sebentuk esensi dari segala cara menjahit pakaian yang dilakukan orang di seluruh dunia. Karena walaupuan cara, metode, material yang berbeda, namun esensinya tetap SATU. Sesungguhnya semuanya melakukan hal yang sama. Dengan begitu ia tidak bisa lagi memandang perbedaan antara satu metode dengan metode yang lain. Di tingkat esensial, tidak ada ajaran ketuhanan di bumi ini yang berbeda.

---------------

Saya ingin mengajak pembaca untuk melakukan kilas balik sejenak, mengingat kembali bagaimana saya sampai pada kesimpulan akan kebenaran yang hakiki mengenai ke-Esa-an Tuhan.


Pertama: The Universe is a Membrane

Di dalam tulisan saya yang berjudul "Braneworlds", saya menjabarkan dari sudut pandang fisika bahwa para ilmuwan atau fisikawan teoretis menarik kesimpulan adanya satu bahan dasar pembentuk segala sesuatu di alam semesta ini, yaitu energi. Energi ini berbentuk untaian-untaian benang energi yang disebut string. Kemudian dimungkinkan adanya string dengan energi yang besar, yang tentunya berpengaruh pada bentuk string itu sendiri, ia akan membesar dan menjadi lembaran yang disebut "membrane". Sebuah membrane 3-dimensi-ruang bisa berukuran satu alam semesta ini. Sehingga alam semesta yang kita tempati ini berada di dalam sebuah membrane.


Kedua: Higgs Field

Ditemukannya medan Higgs (Higgs Field) menguatkan teori keberadaan membrane di atas. Higgs field memberikan massa pada materi. Memberikan massa maka ia memberikan esensi keberadaan pada materi tersebut.

Di dalam fisika klasik, Newton mengatakan bawah gravitasi adalah gaya tarik obyek terhadap obyek lainnya. Namun ia tidak bisa menjelaskan apa sebenarnya gravitasi itu sendiri. Baru setelah Einstein mengemukakan teori relativitasnya, gravitasi dapat dijelaskan. Einstein menjelaskan bahwa gravitasi bukan gaya tarik benda terhadap benda lainnya, namun adalah efek kelengkungan ruang-waktu yang diakibatkan oleh massa suatu benda.

Suatu obyek yang masif, misalkan matahari, ia memiliki massa yang besar sehingga ia mengkerutkan ruang-waktu di sekelilingnya. Bisa dibayangkan anda meletakkan sebuah bola bowling di atas selembar trampolin. Karena massa bola bowling yang besar, permukaan trampolin akan melendut ke bawah. Jika anda mengambil sebuah kelereng dan meluncurkannya pada permukaan trampolin, maka kelereng tersebut tidak akan memiliki lintasan lurus, melainkan melengkung karena efek dari lengkungan permukaan trampolin yang disebabkan oleh bola bowling. Begitulah gravitasi bekerja di alam ini.

Einstein merubah cara pandang orang terhadap ruang dan waktu. Sejak Einstein, ruang tidak lagi tetap, melainkan dapat bengkok, melengkung serta mengkerut. Begitupula dengan waktu. Waktu berhubungan erat dengan kelengkungan ruang. Einstein menggabungkan dimensi ruang dan waktu dan memperlakukan keduanya sebagai kesatuan ruang-waktu.

Kemudian Peter Higgs mengajukan sesuatu yang tak kalah radikalnya. Yaitu ia mengatakan bahwa massa yang menjadi syarat eksistensi materi di alam ini (yang dengannya maka gravitai pun eksis), dibawa oleh sebuah medan (field) yang ada di mana-mana, terbentang meliput seluruh alam semesta.

Kita terbiasa membayangkan bahwa semua benda punya massa, atau punya berat. Bagi kita hal ini sudah sangat wajar dan tidak perlu dipikirkan lebih jauh. Setiap benda pasti punya massa. Namun kita tidak pernah berpikir dari mana massa itu? Karena jika kita uraikan sebuah benda sampai ke tingkat sub-atomic, menjadi uraian partikel fundamental yang tidak dapat dipecah lagi, kita akan kehilangan esensi dari 'massa' itu sendiri.

Contoh, partikel terkecil atau fundamental adalah electron. Electron adalah satu pertikel. Electron adalah satu pertikel yang membawa properti dari muatan (negatif). Tidak ada yang lain lagi. Tetapi ilmuwan mengetahui bahwa elektron memiliki massa. Massa juga sebuah properti. Jadi, dimana massa elektron? Apakah ada partikel lain yang membawa massa untuk elektron? Tidak, elektron berdiri sendiri. 

Di sisi lain, jika massa adalah sebuah properti, apakah ia sendiri juga memiliki massa? 
Peter Higgs, mengajukan bahwa terdapat sebuah medan di alam semesta ini yang memberikan massa pada partikel atau pada setiap obyek di alam. Kita dapat membayangkan medan ini seperti lautan. Sebuah kapal berukuran sangat besar, maka ia akan bergerak lamban di laut dengan sebagian besar tubuh kapal berada di dalam air. Sedangkan sepotong gabus dengan mudah bergerak di permukaan air. Laut adalah Higgs Field. Kapal dan gabus adalah obyek di alam. Begitulah kira-kira massa terjadi pada setiap obyek di alam. Semakin banyak interaksi suatu obyek dengan Higgs field, semakin besar massanya. Sedikit interaksi dengan Higgs field, semakin kecil massanya.

Dengan demikian apakah bisa dikaitkan Membrane dengan Higgs fdield? Ya. Higgs field adalah membrane.


Ketiga: Holographic Universe

Bagi saya, temuan termutakhir di fisika teoretis adalah mengenai holographic universe. Silakan baca tulisan saya mengenai hal ini, yang berjudul "Holographic Reality".

Teori ini berawal dari black hole. Ketika ilmuwan sedang meneliti black hole, mereka menemukan bahwa informasi dari sebuah benda yang masuk ke dalam black hole tidak harus musnah, melainkan informasi itu akan tetap eksis di permukaan black hole. Kemudian mereka juga melakukan perhitungan terhadap volume black hole dengan hasil yang mencengangkan. Volume black hole adalah sama dengan Luas permukaan black hole!

Volume black hole (3 dimensi ruang) sama dengan Luas permukaan black hole (2 dimensi ruang). Ilmuwan kemudian menyimpulkan bahwa volume suatu obyek dapat dijabarkan seluruhnya hanya dari informasi yang tersimpan atau tertulis pada permukaan obyek tersebut.

Anda bisa membayangkan seperti ini; Bila anda berada di dalam suatu ruangan, maka segala sesuatu yang ada di dalam ruangan itu termasuk anda sendiri dapat dihitung atau dijelaskan hanya dari informasi yang ada pada dinding ruangan tersebut. Dengan kata lain, bahwa apa yang terjadi di dalam ruang 3 dimensi tersebut adalah proyeksi dari informasi pada 2 dimensi permukaan ruang tersebut.

Jika potongan-potongan terkecil pada lembar 2 dimensi disebut pixel, potongan-potongan terkecil pada obyek 3 dimensi disebut voxel.
Dan mereka menyimpulkan bahwa kita hidup di alam pixel, bukan voxel.
"We exist in a pixelated, not voxelated world." Leonard Suskind 

Kita mungkin akan menentang pernyataan itu, Bagaimana ruang bisa diwakili oleh luas? bagaimana mungkin ruang 3 dimensi dengan segala obyek di dalamnya dapat dituliskan seluruhnya pada selembar obyek 2 dimensi? Kita sudah sangat terbiasa dengan paradigma bahwa ruang mampu memuat lebih banyak informasi ketimbang selembar kertas 2 dimensi!

Atau mungkin saya boleh membalik pertanyaannya menjadi; Bagaimana informasi 2 dimensi bisa menjadi wujud 3 dimensi? Untuk menjawabnya kita bisa membayangkan selembar film hologram. Informasi pada selembar kertas hologram tidak dapat dimengerti karena terlalu acak. Namun ketika kita sinari dengan cahaya, akan terwujud obyek 3 dimensi di baliknya. Dan kita bisa menikmati obyek itu dari berbagai sisi.

Tentunya ilmuwan tidak sampai pada kesimpulan di atas dalam waktu semalam. Perdebatan itu terjadi lebih dari 30 tahun lamanya. Sekarang banyak fisikawan teoretis dan cosmologist yang mulai berkecimpung serius dalam teori ini.

Jika dihubungkan teori ini dengan M-Theory atau Membrane theory di atas, maka apa yang eksis di dalam sebuah membrane - di dalam sebuah alam semesta adalah proyeksi dari informasi pada permukaan alam semesta tersebut - pada permukaan membrane tersebut.

Jadi, realita yang kita yakini hidup di dalamnya ini adalah hasil proyeksi semata dari apa yang tergambar di luar sana. Semua yang eksis di alam ini adalah kumpulan dari properti-properti. Properti adalah informasi. Kita semua adalah sekumpulan properti, informasi yang terproyeksikan dari permukaan alam semesta.

---------------

Pada kesempatan lain, saya juga menulis "The Grand Design" dan "Cosmic Religion". Di dalam kedua tulisan itu saya menjelaskan bahwa ada kaitan antara M-Theory dengan keberadaan Tuhan yang mengatur alam semesta dengan hukumnya yang baku. Tuhan tidak perlu campur tangan dengan alam ciptaanNya, karena bilapun Ia campur tangan, Ia tidak perlu melanggar hukumNya sendiri.

Kemudian, hal yang paling berani yang saya sampaikan adalah mengenai eksistensi Tuhan. Tuhan adalah medium dimana semua ciptaanNya eksis. Tuhan bukan di atas, bukan di depan. PosisiNya tidaklah relevan karena kita hidup di dalam-Nya. Setiap kali saya menyampaikan hal ini pada siapapun, banyak yang menentangnya. Pengetahuan ini tidak bisa diterima begitu saja oleh orang awam. Hal ini memutar-balikkan pemahaman, Mereka menyebutnya paradox.

Jika kita mau berpikir lebih dalam, maka hanya dengan pemahaman ini, kita mampu menjelaskan banyak hal, kalau tidak semua hal yang ada di alam ini. Semuanya! Inilah pengetahuan hakiki. Bahwa tidak ada Tuhan selain Tuhan. Inilah ilmu Tauhid di ranah terdalam. Adakah penjelasan yang lebih dalam dari ini?

Kebanyakan orang diajarkan pengetahuan mengenai Ke-Esa-an Tuhan tanpa melepaskan kemelekatan mereka terhadap logika materialisme serta terhadap logika ruang dan waktu yang sempit. Bahwa Tuhan harus berposisi di suatu tempat. Tuhan menyaksikan kejadian alam dari posisiNya itu. Dan bahkan Tuhan memerlukan nama. Contoh paradigma yang baru saja saya sebutkan justru menyerang atau menyalahi konsep Ke-Esa-an Tuhan itu sendiri. Namun orang masih memegang teguh paradigma yang kontradiktif / paradox ini. 


The Knowledge is Accessible by Knowing

Dalam sebuah percakapan, saya mengatakan pada teman-teman bahwa pengetahuan Tuhan ini ada di mana-mana, bisa dibayangkan seperti balon yang penuh dengan air. Cara untuk mendapatkan pengetahuan itu adalah dengan sebuah jarum, menusukkan balon dengan jarum, maka pengetahuan Tuhan semerta-merta akan tumpah pada anda. Jarum itu adalah "TAU". Pengetahuan Tuhan hanya datang pada yang bertanya. Kemudian ia tau. Dengan tau itu ia akan mendapatkan pengetahuan Tuhan.

Salam tulisan saya "The Knowledge", saya menampilkan suatu gagasan yang menunjang pernyataan saya di atas. Tuhan adalah Wisdom, dan dari Tuhan terproyeksikan ciptaanNya. Proses proyeksi itu adalah turunnya Wisdom ke dalam kumpulan knowledge atau pengetahuan, yang kemudian tertulis dalam bentuk kumpulan informasi. Dengen demikian, pengetahuan Tuhan ada di mana-mana di alam ini. Seluruh alam ini tercipta dari Pengetahuan Tuhan. Seluruh alam ini adalah Pengetahuan Tuhan.

Pada kesempatan lain terjadi pula obrolan; Tidak akan kau terima pengetahuan Tuhan itu jika kau menampungnya dengan wadah yang penuh. Anda harus mengosongkan wadah di dalam diri anda untuk menerima pengetahuan Tuhan. Jika tidak, maka akan terjadi pergelutan yang sengit di antara anda dan ego anda. Pasrahkan diri anda 100% pada kebenaran Tuhan. Letakkan ego anda di tingkat terbawah. Kosongkan wadah hati anda hanya untuk Tuhan.

Saya mengajak anda untuk berpikir dan merenung dengan sungguh-sungguh. Anda sedang saya tunjukkan jarum untuk menusuk balon pengetahuan Tuhan. Hanya dengan Tau yang seyakin-yakinnya, anda akan memperoleh pengetahuan Tuhan yang hakiki. Yang sudah ada di depan anda selama ini. Ketidaktahuan atau ketidaperdulian (ignorant) akan menutup anda dari pengetahuan Tuhan. Sekarang anda yang sudah membaca tulisan saya sejauh ini tentunya dilandasi rasa ingin tau yang memuncak. Maka lakukanlah!

Dan terimalah pengetahuan Tuhan yang hakiki itu dalam jiwa yang bersih, wadah yang kosong, pasrah sepenuhnya.

Perlu saya ingatkan bahwa tidak ada bahasa manapun di bumi ini yang mampu dengan baik menjelaskan Tuhan. Bahasa yang saya gunakan akan dengan sendirinya mengkabutkan apa yang ingin saya sampaikan dengan sebaik-baiknya. Maka saya harapkan anda mengikuti tulisan saya dengan penuh perenungan.

Alam semesta ini adalah proyeksi dari suatu mental. Bisa dikatakan, Tuhan berimajinasi mengenai ciptanNya maka Terwujudlah semuanya di dalam benak Tuhan. Semua ciptaan Tuhan eksis di dalam Tuhan. Tuhan bermimpi mengenai kita, maka kita ada di dalam mimpiNya. Dan jika Tuhan berhenti bermimpi, kita semua akan sirna dan kembali pada Tuhan. Kita semua adalah proyeksi dari Tuhan. Apa yang eksis di alam ini merupakan proyeksi dari sebuah potensi yang Maha Satu. Realita yang hakiki hanyalah Tuhan, sedangkan semua ciptaanNya adalah proyeksi dariNya.

Seperti hologram yang dipancarkan dari sebuah layar, maka semua karakter atau bentuk 3 dimensi di alam hologram ini hanyalah ilusi. Alam ini adalah semu, maya. Realita yang hakiki adalah Sang Pemancar hologram. Jika kita adalah proyeksi, maka Dia adalah Sang Proyektor. Lalu apa yang terjadi bila yang terproyeksi berusaha meraih Sang Proyektor? Yang terproyeksi tidak mungkin eksis tanpa Proyektor. Maka kembali padaNya berarti kita keluar dari eksistensi kita. Sirna. Yang terproyeksi tidak akan mungkin bisa melihat Sang Proyektor. Yang terproyeksi dengan segenap kemampuannya tidak akan mungkin bisa memahami Sang Proyektor. Kita hanya bisa memahami bahwa kita adalah sebuah proyeksi dari Sang Satu.

Tidak ada apa pun di luar sana selain Tuhan. Tuhan tidak berposisi di suatu ruang karena ruang adalah ciptaanNya. Jadi tidak mungkin Tuhan memerlukan ruang untuk eksis. Tuhan juga tidak ada di masa lalu atau masa depan. Karena Tuhan pencipta waktu, jadi Tuhan tidak mungkin memerlukan waktu untuk eksis. Ruang dan waktu tidak relevan. Maka tidak ada apapun selain Tuhan. Semua ciptaanNya eksis di dalamNya. Maka tidak ada apapun selain Tuhan. Dan karena tidak ada apapun selain Tuhan, maka nama pun tidak relevan bagiNya. Kita tidak perlu menamai Tuhan. Untuk apa menamai Tuhan yang hanya satu? Penamaan Tuhan mengecohkan pemahaman kita. Penamaan Tuhan dan memposisikan Tuhan dalam ruang adalah perbuatan mempersonifikasikan Tuhan. Dan ini adalah sebuah kekeliruan dalam menuju pemahaman yang hakiki.

Inilah makna yang benar untuk La illaha illallah, maknanya adalah "Tidak ada Tuhan selain Tuhan".
Tuhan adalah Allah. Tuhan adalah Yahweh, Tuhan adalah Ra. Tuhan adalah Brahman. Tuhan adalah Tuhan. Dan tidak ada Tuhan selain Tuhan.

Tuhan tidak di sana, tidak di sini. Tuhan ada dimana-mana, Tuhan adalah semuanya. Karena kita eksis di dalam Tuhan. Maka dimanapun kau melihat, ada wajah Tuhan di situ. Tuhan tidak dekat, tidak jauh. Tuhan ada di mana-mana karena kita eksis di dalam Tuhan. Tuhan adalah semuanya. Tuhan sedekat urat nadimu. Tuhan ada di setiap makhluk. Maka kau dan dia dan semua orang, dan semua makhluk, adalah satu di dalam Tuhan.

Jika kau telah benar-benar memahami ini, apakah kau sanggup melukai hati orang lain? Tergerakkah hatimu untuk membantu orang lain? Sanggupkah kau melukai bumi ini dengan perbuatanmu?  Dapatkah kau rasakan belaian kasih Tuhan di angin yang menerpa wajahmu setiap hari? Dapatkah kau rasakan nikmatnya cinta Tuhan di setiap air yang kau minum? Atau makanan yang engkau makan?

---------------

Saat Tuhan menciptakan alam, pertama kali yang diciptakanNya adalah cahaya. Nur. Konsekuensi alam dimulai di sini. Inilah hukum alam pertama yang eksis. Cahaya memiliki dua kutub. Polarity. Hukum alam ini adalah bahwa segala sesuatu di alam ini eksis berpasang-pasangan. Ada positif dan negatif. Ada panas dan dingin. Ada atas dan bawah. Ada baik dan buruk. Ada laki-laki dan perempuan. Dan lain sebagainya. 


Mirrored

Di kesempatan lain, juga terjadi perbincangan yang diawali oleh pertanyaan, "Bagaimana caranya untuk mengingat beribadah kepada Tuhan di tengah-tengah kesibukan pekerjaan kita?"

Jika kau pahami betul bahwa kita hidup di dalam Tuhan, maka kau akan selalu mengingat Tuhan. Mengapa kau harus menkhususkan/memisahkan waktu ibadahmu dengan pekerjaanmu? Sedangkan Tuhan adalah Satu dan tidak ada Tuhan selain Tuhan? Maka seharusnya setiap pekerjaanmu adalah ibadahmu dan setiap ibadahmu adalah pekerjaanmu.

Tidak ada Tuhan selain Tuhan, maka tidak ada satu waktupun di dalam hidupmu yang kau bisa terlepas dariNya. Di setiap tarikan dan hembusan nafasmu ada Tuhan. Kemanapun kau memandang, ada Tuhan di situ. Semua yang kau lakukan adalah satu dalam Tuhan. Mengapa kau membedakan kegiatanmu bila tau bahwa Tuhan adalah Maha Esa?

Kosongkan wadah itu. Bersihkan dari pemahaman yang salah. Bersihkan dari doktrin yang keliru. Tuhan adalah Satu. Dan tidak ada Tuhan selain Tuhan, Tidak ada apapun selain Tuhan. Maka tindak-tandukmu secara alamiah adalah satu dalam Tuhan. Selalu. Setiap saat. Kau adalah cermin bagi Tuhan dan Tuhan adalah bagimu.


With God

Manusia berencana Tuhan menentukan?
Apakah anda sering mendengarkan kalimat tersebut? Pasti sudah sering anda dengar. Benarkah?

Anda sedang memegang jarum. Hanya anda yang bisa memutuskan apakah anda akan menusuk balon pengetahuan Tuhan itu atau tidak.

Inilah ilmu ke-Esa-an Tuhan yang fundamental. Tidak ada Tuhan selain Tuhan. Anda eksis di dalam Tuhan. Semua tindakan anda, anda lakukan bersama Tuhan. Maka kalimat yang benar adalah, "Anda berencana, melakukan, dan menentukan bersama Tuhan."

Tidak ada kekhawatiran. Tidak ada kegelisahan. Karena anda mempercayakan hati anda yang satu dalam Tuhan menggerakkan seluruh hidup anda. Anda dan Tuhan tidak terpisahkan. Rasamu adalah rasaNya. Your feeling is His feeling. Kau mengarungi hidup ini bersamaNya, seperti sepasang kekasih yang tak terpisahkan. Tanpa kemelekatan duniawi, karena apa yang anda lakukan adalah karena cintamu pada sang kekasihmu, Tuhan.


Polarity, is it now relevant?

Kemudian ada yang bertanya, "Apakah Surga dan Neraka? Apakah saya percaya pada surga dan neraka?"

Jika kau sudah mengetahui kebenaran yang hakiki bahwa kau Satu dalam Tuhan, maka surga dan neraka tidak lagi relevan. Kau hidup dengan cinta dan kasih Tuhan di dalam dirimu. Kau dan Tuhan adalah sepasang kekasih yang tak terpisahkan. Semua perbuatan baikmu kau lakukan bukan karena kau menginginkan surga, akan tetapi karena kau mencintai Tuhan. Dan kau tidak melakukan perbuatan buruk bukan karena kau takut akan neraka, melainkan karena kau mencintai Tuhan.

Surga dan neraka tidak relevan, karena kau dan Tuhan adalah Satu.
Inilah pengetahuan hakiki mengenai Ke-Esa-an Tuhan.

Dalam tulisan saya "Between Two Worlds", saya menceritakan sebuah kisah yang senyatanya dialami oleh mereka yang telah menyadari kebenaran yang hakiki. Kesadaran mutlak atas dasar penyerahan diri seutuhnya kepada Tuhan akan menghapuskan tirai kabut doktrin dan tirai pembatas logika manusia yang sudah terlalu dalam tenggelam dalam alam materialisme. Ketika ego telah luruh, dan kau tembus benteng pertahanan sang mara di dalam dirimu, kau akan menyadari dan membuat suatu pengakuan mutlak bahwa tidak ada yang lebih penting dari hidup bersamaNya.

Tidak ada lagi dualisme. Pengkutuban alamiah terlihat semu. Kau menemukan titik diam sempurna walaupun hanya sepersekian detik, namun cukup untuk kau merasakan Tuhan. Dan kau akan mengingat terus kejadian itu hingga akhir hidupmu. Kejadian yang hanya sesaat itu merubah hidupmu selamanya. Ada kerinduan yang mendalam untuk kembali ke momen singkat itu. Sufi mengatakan momen ini sebagai "To die before you die."

Silakan baca juga bagaimana seseorang menuju perjalanan ke dalam diri demi tersentuh kasih Tuhan, dalam tulisan saya yang berjudul "A Journey Home".

---------------

"A Sufi is thankful not only for what he has been given but also for all that has been denied."
"Seorang Sufi tidak hanya bersyukur untuk apa yang diberikan padanya, namun juga untuk semua yang ditolak darinya."  
  
"When no one is looking and I want to kiss God, I just lift my own hand to my mouth."
"Saat tidak ada yang melihat dan aku ingin mencium Tuhan, aku mengangkat tanganku ke mulutku." 


---------------

ER

3 komentar:

raniri mengatakan...

bahasa anda terlalu berbelit belit,

Anonim mengatakan...

Bahasa enak begitu kok bisa di bilang berbelit wkkk 😂

Hafidz Hartono mengatakan...

Bahasa umat-2 pasti dirasa berbelit-belit bagi umat-1.....