Jumat, 21 Agustus 2015

Sweetness of the Heart





Telapak tangannya berada di dada, menyentuh hati, seraya ia pejamkan mata, di dalam keheningan dan kesunyian malam. Tarikan dan hembusan nafasnya membebaskan ketegangan di dalam diri, terurai sempurna dan menyatu dengan alam semesta. Tarikan dan hembusan nafasnya mematikan syaraf indera, ia pun duduk dalam keheningan total. Tarikan dan hembusan nafasnya berada dalam ketenangan. Ia tersenyum kepada hatinya, mengucapkan salam cinta kepada sang Aku. Tarikan dan hembusan nafasnya menuntunnya kepada kebahagiaan di dalam kalbu.

Cahaya Tuhan yang terang benderang turun dari atas ke dalam diri, menyentuh dan meliput setiap sel di dalam tubuh. Di dalam keheningan total ia terhujani cahaya cinta dan kasih Tuhan. Ia tersenyum penuh bahagia. Ia diliputi rasa rindu yang teramat sangat kepada sang Aku, Kepada Tuhan, karena ia tau bahwa hubungannya dengan Tuhan adalah yang terpenting.

Kelebatan bayangan masa lalu terhampar di benaknya. Wajah-wajah yang dikenalnya, yang pernah menyakitinya, yang pernah mengkhianatinya, yang pernah memperlakukannya dengan hina. Ia berkata, "Ya Tuhan, aku maafkan semua orang yang pernah menyakiti, berkhianat, dan menghinakan aku, karena hubunganku dengan-Mu adalah yang terpenting." Tarikan dan hembusan nafasnya melepaskan semua yang terpendam. Bebas, lepas. Hatinya seringan bulu. 

Kelebatan bayangan masa lalu terhampar di benaknya. Ia teringat jelas wajah-wajah orang-orang yang pernah ia sakiti, ia khianati dan yang pernah ia perlakukan dengan hina. Kemudian ia berkata, "Ya Tuhan, aku meminta ampunan-Mu atas segala hal buruk yang pernah aku lakukan kepada orang lain, yang pernah aku sakiti, yang aku khianati, dan yang aku hinakan, karena hubunganku dengan-Mu adalah yang terpenting." Tarikan dan hembusan nafasnya melepaskan semua beban di dalam diri. Bebas, lepas. Hatinya seringan bulu.

Cahaya Illahi semakin terang... ia bergelimang cahaya suci bersih di dalam dan sekujur tubuh. Ia menyadari dengan seutuhnya bahwa tidak ada yang lebih penting di dalam hidupnya selain hubungannya dengan Tuhan. Malam ini ia melepaskan semua beban, semua kepenatan pikiran, kegelisahan, kegundahan, melerai semuanya kepada alam semesta. Damai di hati, damai dengan alam dan damai sesama makhluk. Semuanya berbahagia. Ia selaras dengan alam. Ialah alam, Ialah Tuhan, dan ialah Aku. Keduanya melebur menjadi Satu. Malam itu hanya ada Satu. Dia dan Tuhan, dalam kesatuan.

Sang anak kini menyadari yang hakiki, bahwa tidak ada perantara antara dia dan Tuhan. Hubungan antara Dia dan Tuhan adalah hubungan yang langsung, tanpa tabir, tanpa tirai, tanpa apapun. Ia pun menyadari bahwa tidak ada kejadian di alam ini yang bersifat kebetulan. Ia hidup di dua dunia. Dunia yang pernah dikenalnya dulu sudah berubah dengan pandangannya yang murni, tanpa tabir. Dunia ini yang selalu bergerak, bergetar, dan memiliki kutub, adalah sebuah petunjuk yang sesungguhnya menandakan keberadaan Tuhan yang singular. Yang diam sempurna, yang berada di tengah, di titik nol. Karena di sanalah ia bersatu bersama-Nya. Tak terpisahkan.

Hatinya telah bertransformasi, seperti kupu-kupu yang mengalami metamorfosis, ia terlahir kembali dari hibernasi panjang. Ia memandang alam dengan makna yang hakiki. Semuanya adalah Tuhan. Ada Tuhan dimanapun ia memandang. Tidak ada satupun kekhawatiran, Ia sekarang bebas dari kemelekatan duniawi. Ia telah menjadi kupu-kupu yang tidak lagi harus berpijak. Ia mampu terbang tinggi dan melihat alam dari pandangan yang lebih luas. Pandangan kebenaran hakiki.

Betapa dekatnya Tuhan dengan manusia. Namun sebagian besar orang tidak menyadarinya. Bahkan sangat dekat hingga tidak ada jarak apapun di antara manusia dan Tuhan. Kau akan menyadari bahwa kau dan Dia tak terpisahkan. Kau melakukan segala sesuatu bersama Tuhan. Kau berencana, melakukan, dan menentukan segala sesuatu bersama Tuhan. Kau hidup karena Tuhan dan Tuhan ada bersamamu. Kau adalah proyeksi Tuhan. Kau memiliki semua sifat-sifatNya. Ketika kau sadari itu maka semuanya akan jelas apa yang harus kau lakukan. Kau dan Dia adalah Satu.

Sang anak kini mengerti apa perannya di dunia. Ia menjadikan segala tindakannya penuh cahaya Illahi. Ia memiliki kesadaran yang lebih luas, kesadaran Tuhan. Egonya telah sirna. Tidak ada yang ia lakukan tanpa melandaskannya pada kepentingan sesama manusia. Ia menempati posisi yang penting di alam ini, sama seperti semua manusia dan semua makhluk di alam. Tidak ada satupun tindakannya yang dilakukan untuk dirinya sendiri. Ia tempatkan kebaikan orang lain di atas segalanya. Transformasi hati telah merubah dirinya secara total. Ia adalah sebutir biji di tanah di sebuah hutan yang kemudian tumbuh menjadi pohon besar dan menjadi hutan itu sendiri, dan menjadi pelindung keseluruhan hutan. Eksistensinya adalah untuk sesama.

Ia telah melakukan pengembaraan panjang dan jauh, yang berakhir di dalam hati. Ia telah bertemu sang Mara dan menaklukkannya. Ia temukan nirvana. Ia menangis saat tertawa, dan tertawa saat menangis. Ia bersama Tuhan setiap tarikan dan hembusan nafas. Ia tersenyum pada alam. Ia rasakan seyuman alam kepadanya. Ia mensyukuri setiap belaian lembut angin yang bertiup, ia syukuri nyayian burung di pagi hari. Ia syukuri cahaya matahari di siang hari dan cahaya bulan di malam hari. Tidak ada keingingan, hanya rasa syukur yang tak berhingga. Tak terkatakan. Hidupnya adalah dentingan melodi indah dari Sang Musisi. Hidupnya adalah torehan puisi dari Sang Penyair. Hidup adalah karya seni yang Maha Indah. Tidak ada penghargaan yang lebih tinggi selain rasa syukur

Setiap tindakannya adalah doanya. Setiap doa adalah tindakannya. Kebahagiaan berkelimpahan yang dirasakannya saat bekerja adalah doanya untuk semesta alam. Lalu ia bersyukur yang sedalam-dalamnya kepada Tuhan. Rasa syukur itupun adalah doanya untuk semua makhluk. Tanpa meminta, tanpa ucapan, hanya rasa bahagia dan syukur tak berhingga.

Mengapa kau pisahkan ibadahmu dari pekerjaanmu jika kau percaya bahwa Tuhan itu satu? Mengapa kau pisahkan pekerjaanmu dari ibadahmu jika kau percaya Tuhan itu satu? Mengapa kau pandang orang lain berbeda darimu jika Tuhan itu satu? Mengapa harus ada pembeda di antara sesama manusia jika kau percaya Tuhan itu satu? Mengapa harus ada banyak agama jika kau percaya Tuhan itu satu?

Perjalanan spiritual bersifat personal, pengalaman orang yang satu berbeda dengan pengalaman yang lainnya. Pengalaman terbukanya pintu hati berbeda bagi setiap individu. Namun kalbu hati semua manusia sama esensinya. Bagai buah yang dikupas kulitnya untuk mendapatkan rasa manis di balik kulit itu. Betapapun pahitnya kulit yang membungkus, ada rasa manis yang menyejukkan di balik itu. Betapapun cantik warna kulitnya, selalu rasa manis buah di baliknya itulah yang ingin dicapai. Betapapun buruk atau indah bentuk kulitnya, selalu rasa manis buah di baliknya itulah yang terpenting.

Masalah yang dihadapi di dalam hidup telah dilaluinya. Satu per satu masalah dapat diselesaikan dengan penuh kesabaran. Sabar adalah pelatihan diri, proses pengupasan kulit buah. Perlahan, helai demi helai, setapak demi setapak. Ia adalah sang pengembara yang sempat merasa kehilangan semua yang pernah dicapainya di dunia. Ia telah menaklukan mara-nya. Sekarang ia hidup di antara dua dunia dengan keseimbangan, ketenangan, ketulusan, kepasrahan, dan kebahagiaan. Dan sekarang ia hidup penuh kedamaian bersama seluruh alam semesta. Bersama Tuhan.

Sebanyak apapun ikan yang ia tangkap di dalam kolam di pinggir sungai, ia sadari semua itu bukan miliknya. Melainkan bagian dari alam semesta, maka ia membiarkan ikan-ikan itu lepas kembali ke sungai. Ia biarkan ikan-ikan yang memilih tinggal di kolamnya. Ia syukuri apa yang ia dapatkan selama hidup tanpa adanya kemelekatan. Ia telah merasakan manisnya hati. Ia pancarkan kembali ke seluruh alam, cahaya cinta dan kasih Tuhan.

"The wound is the place where the Light enters you." 
Luka adalah tempat dimana Cahaya itu memasukimu. 

"Lovers don't finally meet somewhere. They're in each other all along." 
Sepasang kekasih bukanlah bertemu di suatu tempat. Namun mereka selamanya telah berada di dalam dirinya masing-masing. 

"When you do things from your soul, you feel a river moving in you, a joy." 
Ketika kau melakukan segala sesuatu dari jiwamu, kau merasakan sungai mengalir dalam dirimu. Sebuah kebahagiaan. 

"Don’t grieve. Anything you lose comes round in another form." 
Janganlah bersedih, apapun yang telah hilang akan kembali dalam wujud lain. 

"Let yourself be silently drawn by the stronger pull of what you really love." 
Biarkan dirimu diam-diam tenggelam oleh tarikan kuat dari apa yang sunguh-sungguh kau cintai. 

Why do you stay in prison when the door is so wide open?  
Mengapa kau berdiam di penjara yang pintunya terbuka lebar? 

"Out beyond ideas of wrongdoing and rightdoing there is a field. I'll meet you there."
Di antara ketidakbenaran dan kebenaran, terdapat sebuah tempat, Aku akan menemuimu di sana.  

"This is love: to fly toward a secret sky, to cause a hundred veils to fall each moment. First to let go of life. Finally, to take a step without feet."   
Ini adalah cinta: Untuk terbang ke arah langit yang tersembunyi, yang menyibakkan ratusan cadar setiap saat. Pertama, lepaskanlah hidup ini. Akhirnya untuk mengambil langkah tanpa kaki.

"What you seek is seeking you."    
Yang kau cari juga mencarimu.

~~ Rumi ~~

==========
ER 

10 komentar:

Erianto Rachman mengatakan...

Terima kasih... kebaikan juga untuk anda.

hadi muhtadi mengatakan...

Luarbiasa

Unknown mengatakan...

Terima jasih pak Erianto atas pencerahannya salam kenal ahmad hermanto

Erianto Rachman mengatakan...

@Hadi Muhtadi:
Terima kasih.

Erianto Rachman mengatakan...

@Fara Dzikriah:
Terima kasih kembali. Semoga selalu mendapatkan manfaat di sini.

Unknown mengatakan...

Yth.Pak Erianto Rachman yang dikasihi Tuhan Semesta Alam.
saya ingin bertanya lagi, apakah usia berpengaruh pada pencapaian spiritual seseorang?
Bukankah pencapaian spiritual berhubungan dengan pengalaman? yang itu berarti juga berhubungan dengan usia?

Apakah ada seseorang usia muda yang mencapai spiritual yang tinggi melebihi orang usia tua yang dari segi kehidupan lebih banyak pengalamannya?
Tapi tak jarang juga kita lihat atau yang saya tak habis pikir, orang tua yang prilakunya buruk dan malah semakin menjadi-jadi (kata pepatah tua-tua keladi), yang seharusnya menurut saya semakin bertambahnya usia semakin bertambah kebijaksanaan seseorang.

Usia ini juga menjadi suatu misteri bagi saya, mengingat kita tak pernah tau kapan habis usia kita?
Banyak juga orang yang mati muda, dan tak jarang orang tua yang berumur panjang.

Nabi Muhammad SAW sendiri baru diangkat menjadi Rasul di usia ke 40, itu menandakan dalam spiritual juga perlu usia kematangan.

Itu salah satu keinginan saya, untuk menjadi lebih stabil dalam emosi & mental, serta lebih bijaksana sebelum usia 40. Kurang lebih tinggal tersisa 9 tahun lagi, entah saya mampu atau tidak? Dan itupun kalau masih ada umur!

Saya mau cerita sedikit tentang pengalaman hidup saya, mungkin berhubungan dengan tema artikel di atas. Maaf sebelumnya buat Yth.Pak Erianto Rachman, bila setiap komentar saya selalu panjang, karena terlalu banyak uneg-uneg dalam hati saya, yang membuatnya sesak, dan karena emosi saya belum stabil masih sering meluap-luap, saya harap Pak Erianto Rachman memakluminya, karena saya perlu bimbingan & pencerahan dari bapak.

Langsung saja ke cerita pengalaman hidup saya, yang tak ada menariknya, dan saya rasa tidak ada yang mau dekat dengan saya karena saya tipe orang yang membosankan, kalau ada pun, mereka selalu memanfaatkan saya dan menjadikan saya pesuruh (kacung) mereka. Mungkin itu alasannya Law of Attraction tak bekerja pada saya, karena daya tarik saya terlalu lemah. Dan tiada pencapaian-pencapaian besar yang saya dapatkan, melainkan menarik kegagalan demi kegagalan.

Saya merasa terbelenggu oleh masa lalu, dan takut akan masa depan, jadi hidup saya jalan-jalan di tempat alias tak ada kemajuan. Orang-orang yang mengenal saya tau bagaimana saya, yang tak ada perkembangan dari tahun ke tahun, tak jarang saya dihina/direndahkan/dipandang sebelah mata, itu menyakitkan bagi saya, apalagi itu tak terjadi setahun dua tahun, tapi sudah berlangsung bertahun-tahun lamanya. Itu sangat menyesakkan dada saya.
Ada seorang teman menyebut saya dengan pepatah, “hidup segan mati tak mau”, memang begitulah adanya saya, saya tidak memungkiri, saya tidak mengerti apa rencana Tuhan untuk saya? Sering saya mengeluh dalam hati, ini sangat tak adil untuk saya!

Saya mempertanyakan keadilan Tuhan untuk ke seper-sekian kalinya? Karena sudah tak terhitung dari saya kecil sampai menanjak di usia kepala 3 ini.
Mengapa saya di posisi ini?

Unknown mengatakan...

Saya baca kitab suci QS.94: 5-6, “Maka sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan.”

Saya percaya, karena bukan saja kitab suci yang berkata seperti itu, para motivator dan inspirator pun sering mengatakannya.

Saya percaya, tapi bagaimana kalau kejadiannya berlangsung selama bertahun-tahun seperti ini, saya kok merasa hidup saya seperti dipermainkan? Sakit rasanya, tapi orang lain tak dapat merasakannya. Lalu saya bertanya kepada Tuhan, Tuhan tak menjawabnya.

Saya merasa sendirian, saya mengasingkan diri dari keramaian, dari keluarga, teman, dan orang-orang di sekitar. Puncaknya di tahun 2017 ini, karena ini sudah bulan Desember, hampir genap 1 tahun saya menyendiri, dikatakan bertapa atau meditasi juga bukan, karena saya hanya berdiam diri dan uring-uringan, ya mungkin hp ini satu-satunya hiburan selama setahun menyendiri ini.

Berapa banyak kata-kata motivasi yang saya baca, cerita-cerita inspirasi yang saya simak, video-video pengembangan diri yang saya tonton & dengarkan, sepertinya semua itu tak ada gunanya bagi saya, karena tak bisa mengubah apapun bagi hidup saya menjadi lebih baik, bahkan karena sudah sangat lelahnya hati, saya menganggap kata-kata bijak dan motivasi itu hanya omong kosong belaka.

Tapi, untuk artikel tulisan Pak Erianto Rachman masih saya ikuti, melihat sepertinya ada kesamaan antara saya dan bapak, siapa tau kali ini berbeda dan bisa berhasil membuat saya menjadi lebih baik & tercerahkan dari sebelumnya. Mohon doanya dari Pak Erianto Rachman.

Saya sudah menonton film "The Secret" Rhonda Byrne, yang membahas Law of Attraction, dan juga kata-kata yang sering diucapkan para motivator yang menurut saya mempunyai satu kesamaan esensi, yaitu 'Syukur', yang juga menjadi inti dari surat Ar-Rahman, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” Yang diucapkan berulang-ulang dalam QS. Ke-55 itu.

Syukur itu sinkron dengan perasaan, bagaimana dengan perasaan tertekan, dada sesak, punggung terasa berat, kita berpura-pura bahagia? Mungkin bisa bahagia, tapi hanya sesaat, lalu kembali lagi ke keadaan semula, bila sudah menahun seperti keadaan yang saya alami ini.
Saya juga membaca artikel yang membahas Law of Attraction dari sudut pandang berbeda dari Abraham-Hicks, ia mengatakan:
“Joy, feel good and Happiness is the key!”

Bagaimana Abraham-Hicks mengatakan bahwa bahagia itu sudah inheren dengan diri manusia? bisa pak Erianto Rachman jelaskan?
Saya tidak paham?

Unknown mengatakan...

Di komentar saya di artikel bapak sebelumya, saya mengatakan tujuan akhir saya mencari ketenangan yang hakiki.
Tapi untuk tujuan jangka pendek saya, atau yang ingin saya capai & rasakan dalam waktu dekat, saya ingin merasakan perubahan dalam hidup saya, mencakup di dalamnya kesuksesan dan cita-cita yang ingin saya capai. Tujuannya adalah “Bukti”, bukti Tuhan masih sayang sama saya, dan saya merindukan sentuhan kasih-sayang Tuhan itu pada hidup saya, agar saya tak merasa sendirian. Mengapa Tuhan menciptakan saya jika menjadikan saya orang yang tak berarti seperti ini? saya pun ingin merasakan menjadi orang yang berharga & berguna, bukan menjadi orang yang selalu direndahkan & yang pantas untuk dihina.

Hampir tak ada lagi yang bisa saya lakukan, pikiran saya buntu, bagaimana menjalani hidup saya selanjutnya? Setiap saya keluhkan pada teman, selalu saya mendapat ceramah dari mereka, salah satunya dari ayat ini QS.13:11 “,Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” Dan ayat ini QS.2:286 “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
Seolah-olah saya dianggap tak pernah berusaha merubah hidup saya, padahal sudah banyak upaya yang saya lakukan tapi selalu berbuah kegagalan demi kegagalan, hinaan dan demi hinaan.
Juga sering sudah saya bersabar, bahkan mengalah, tapi semua itu tak pernah dihargai.

Dan akhirnya saya memilih tak mengeluh lagi pada mereka, menutup mulut rapat-rapat, dan mengasingkan diri dari pergaulan, agar tak ada lagi yang bisa menghina saya, karena hati saya sudah terlalu lemah untuk menanggung luka lebih banyak lagi.

Saya mengakui diri saya termasuk orang pintar sewaktu sekolah dulu, dan di kehidupan nyata selepas lulus sekolah, saya adalah orang yang gagal, dan menyadari betapa bodohnya saya, tidak bisa hidup layak seperti orang-orang, padahal sudah dibekali kepintaran logika matematika tapi tak bisa digunakan, jadi seperti pajangan (property) yang tak berguna, diabaikan dan terbuang.

Otak saya merasa buntu, saya berpikir, hampir Mustahil saya bisa berubah melihat keadaan saya saat ini yang menyedihkan. Tak ada satu pun orang yang bisa merubah hidup saya, satu-satunya harapan dan yang saya yakini bisa merubah hidup saya hanyalah sentuhan belas kasih Tuhan. Tapi akankah Tuhan mendengar harapan dari hamba-Nya yang hina ini? Dan pertolongan itu tak kunjung tiba sampai detik ini!

Saya lelah, saya lemah, hidup saya seperti di 'gantung', hidup enggak mati enggak..! Bagaimana rasanya? Hanya perasaan gelap yang menaungi.. Tak ada matahari, tak ada Cahaya, yang ada hanya terbaring mati dalam bisunya malam. Dada sesak seolah-olah tak bisa bernafas. “Wahai Tuhanku, berikanlah aku kelonggaran, untuk aku bernafas lega untuk sejenak!”

Maaf Yth.Erianto Rachman, bila bahasa saya tak karuan. Terima-Kasih telah sudi membaca tulisan dari seorang hamba Tuhan yang hina ini. Sekiranya berkenan berbagi 'Spirit' manisnya hati yang bapak rasakan.. Mohon saran, masukan dan nasihatnya, agar bisa sedikit membasahi hati saya yang kekeringan, pahit, dan dalam kegelapan tanpa cahaya.

Mungkin setelah menyampaikan tulisan panjang dengan keadaan saya yang buruk seperti ssat ini, biasanya saya akan merasa menyesal & malu sendiri setelahnya. Tapi biarlah, saya juga sudah sering dipermalukan, hina ya hinalah sekalian, hingga tak ada lagi pujian yang tersisa yang pantas untuk saya. Berharap ada jawaban Tuhan dari balasan Yth.Erianto Rachman yang bisa mengubah hidup saya..

Erianto Rachman mengatakan...

@ Atma Andromeda:

Usia tidak selalu berpegnaruh pada pencapaian spiritual.
Ada yang usia muda sudah tercerahkan. Banyak pula yang sudah tua belum tercerahkan.

————
Pencerahan didapat dengan belajar untuk PAHAM. Pencerahan didapat dari KEPAHAMAN (Knowing). Pencerahan TIDAK didapat dari KEPATUHAN.

————
Bahagia itu tanpa syarat. Bahagia itu SEKARANG.
Maka bila bahagia, tidak ada lagi keluhan.
Keluhan terjadi karena kamu terbelenggu dengan masa lalu. Kamu harus bisa memaafkan semua orang yang pernah berbuat salah padamu. Dan kamu harus minta maaf kepada semua yang pernah kau sakiti. Terakhir, kamu harus bisa memaafkan diri sendiri.

Masa lalu tidak relevan. Yang relevan hanya SEKARANG.

Kebahagiaan disertai dengan SYUKUR.
“Your Feeling is Your Prayer”. 
Doamu itu rasamu.
Jika kamu merasa sedih dan mengeluh, maka kamu akan selalu mendapatkan kesedihan dan selalu mengeluh.

Jika rasamu bahagia, maka kamu akan mendapatkan kebahagiaan selalu.
Maka berhentilah mengeluh, berhentilah berdoa. Cukup bersyukur karena kamu sudah bahagia sekarang.

Kamu merasa “kurang” karena kamu menggunakan aturan / takaran yang dibuat oleh manusia.
Kenali diri sejatimu dan gunakan takaran Tuhan untuk hidup.

—————
Kamu harus baca semua artikel saya. pahami betul2 secara mendalam. semua jawaban sudah ada di situ.


SAlam,
Erianto R

Unknown mengatakan...

Terima Kasih Yth.Pak Erianto Rachman, jawaban bapak cukup menenangkan saya.
Ya benar, saya sulit memaafkan diri saya sendiri. Dan benar, saya terlalu terbawa dengan aturan manusia, patokan bahagia harus begini dan begitu, harus punya ini dan itu, serba material, harus sama dan serupa hanya untuk bisa diterima oleh mereka, dan rasa bahagia yang sebenarnya tertutupi oleh semua itu, dunia materi. Akhirnya manusia melupakan kebahagiaan yang sejatinya ada di dalam dirinya, melupakan siapa dirinya yang sebenarnya. Siapa aku?

Ya ini proses pencarian jati diri saya, saya pernah mendengar pikiran bawah sadar kita tak mengenal masa lalu dan masa depan, ia hanya mengenal saat ini atau "Sekarang", tapi saya masih bingung cara mempraktekannya atau memperlakukannya? Saya skip dulu pertanyaan saya, saya ingin melanjutkan membaca artikel tulisan bapak, semoga saya dapatkan jawaban-jawaban dari pertanyaan saya, dan dapat mencerahkan dan melepaskan semua beban hidup saya, khususnya menemukan kebahagiaan itu sendiri di dalam diri saya, dan tentunya cara memaafkan diri saya, yang telah berlarut-larut mengusik hidup saya.

Salam damai. Kebaikan selalu buat Yth.Pak Erianto Rachman sekeluarga. Terima-kasih. :)