Senin, 18 Februari 2013

Cosmic Religion

Satu Kebenaran yang Hakiki




Versi 3.2
Untuk para Pemikir.
Tidak perlu saya ungkapkan betapa sulitnya menuliskan apa yang ada di dalam benak saya. Perlu waktu lama berpikir hanya untuk memilih kata-kata yang tepat. Beberapa tulisan harus saya batalkan dan mengharuskan saya menulis lagi dari awal. Saya harap apa yang saya publish terakhir ini cukup baik untuk dibaca. Dan semoga bukan menjadi tulisan saya yang terakhir.

Yang menjadikannya sulit adalah karena topik ini memiliki latar belakang yang sangat luas. Terasa sangat tidak mungkin menyinggung semua wacana yang melatar-belakangi tulisan ini. Kecuali saya berencana menulis buku yang paling tidak setebal 1000 halaman.


Alasan saya memilih topik ini adalah karena semakin jauh saya berpikir dan mempelajari segala hal mengenai alam dan kehidupan, kesimpulan yang saya dapati sangat mencengangkan dan merubah cara berpikir saya. Tulisan ini bukan sebuah ajaran atau doktrin. Tulisan ini adalah pengantar. Sebuah ajakan kepada yang mau. Mau membaca lebih dan berpikir, sehingga bisa memahami mengapa saya menarik kesimpulan sedemikian rupa (yang akan anda baca di sini), sebelum anda mencelanya.


"Cosmos" adalah alam semesta. Semua yang ada di alam ini, yang mengikuti aturan tertentu.

"Cosmic" adalah sesuatu yang bersifat cosmos atau merujuk pada wawasan cosmos di cakupan di atas.

Religion (religi) adalah suatu sistem kepercayaan, ajaran, kultural, memiliki aturan, tradisi, membahas nilai moral, dan nilai kehidupan, serta membahas asal usul kehidupan dan alam semesta itu sendiri.


Ini adalah sebuah ajakan untuk merenung dan berpikir. Yang saya harapkan dari anda setelah membaca tulisan ini adalah menulusuri kembali tulisan-tulisan saya sebelumnya dan tergerak pula untuk melakukan perjalanan anda sendiri. Sebuah perjalanan pengkajian ilmu pengetahuan dan keyakinan, untuk anda sendiri.

-----------------



Singularity


"Hanya ada satu. Singular. Satu aturan. Satu konsep, yang mampu menjelaskan segala sesuatu. Satu Medium. Tidak ada yang lain."


Saya juga berharap anda sudah membaca tulisan-tulisan saya sebelumnya, dan memahami mengapa saya katakan bahwa saya merasa mampu menghubungkan antara science dan Tuhan. Tidak ada alasan untuk tidak menghubungkan Science dan Tuhan. Ini adalah sebuah kepastian. Karena Science berasal dari Tuhan dan Tuhan menciptakan alam ini dengan satu aturan baku yang mengatur segala sesuatu, yaitu hukum alam; science.


Science sudah pada pencapaiannya yang tertinggi saat ini, dimana tidak ada celah untuk maju lebih jauh, sebelum manusia mampu menjelaskan awal dan akhir. Silahkan baca tulisan saya mengenai The Grand Design. Di sana anda akan memahami apa yang saya pahami dan mengapa saya sangat meyakini apa yang saya yakini.


Ditemukannya Partikel Higgs oleh The Large Hadron Collider (LHC) tidak memupuskan pokok dari keyakinan saya akan adanya sebuah zat tunggal yang menjadi penyebab eksistensi semua partikel dan seluruh isi alam semesta ini. Penemuan partikel Higgs justru memperkuat keyakinan saya. Dan saya merasa jauh lebih dekat kepada kebenaran yang hakiki karenanya.


Tulisan-tulisan saya sebelumnya mengulas lebih banyak mengenai science, khususnya fisika teoretis, dimana fisika sudah menunjukkan definisi yang lebih tepat untuk apa yang kita sebut sebagai partikel fundamental. Yang menarik di sini dan yang menjadi pokok tulisan saya sebelumnya adalah bahwa partikel fundamental sesungguhnya tidak memiliki varian jenis, tapi ia hanya satu jenis. Dengan memandang partikel sebagai string, maka ianya cukup bergetar dengan variasi getaran tertentu untuk menghasilkan apa yang kita amati sebagai partikel-partikel fundamental, seperti quark, electron, photon, dan lainnya, temasuk partikel higgs.

Teori string sangat relevan dengan keberadaan higgs. Kita sekarang boleh membayangkan bahwa alam ini adalah hamparan medan higgs. Higgs memberikan "jiwa" atau eksistensi semua partikel materi yang ada - yaitu massa. Dengan kata lain, tanpa higgs maka partikel materi tidak akan bisa wujud (tidak heran mengapa Higgs disebut-sebut sebagai partikel Tuhan). Higgs adalah membrane. Membrane adalah medium/wadah dimana semua yang ada di alam ini eksis. Silahkan baca tulisan saya yang berjudul Braneworlds.

Dengan konsep partikel sebagai string, maka Fisika klasik (Teori relativitas Einstein) dan Fisika Quantum dapat disatukan - dengan ditemukannya "gaviton" di setiap partikel. Graviton ini berhubungan langsung dengan Higgs - sebagai hasil interaksi antar partikel dengan medan Higgs itu sendiri; menjadikan teori ini sebagai teori tunggal yang mampu menjelaskan semua kondisi alam semesta, di setiap titik dimanapun di alam ini.

Karena sifat ke-tunggal-an partikel ini, saya menyebutnya dengan istilah "zat".

Konsep yang sangat kuat dan relevan. Zat tunggal ini tidak memerlukan zat lain untuk eksis. Jika sebuah partikel fundamental masih memerlukan "hal" lain untuk eksis, seperti ruang dan waktu (space and time), maka ia bukanlah partikel fundamental yang hakiki. Untuk menjadi fundamental yang hakiki, maka kita berbicara mengenai sebuah partikel yang tidak memerlukan ruang dan waktu untuk eksis. Malah sebaliknya, bahwa ruang dan waktu tidak akan ada tanpa partikel ini.


Sebuah zat tanpa dimensi, karena ia tidak memerlukan ruang untuk eksis.

Sebuah zat tanpa waktu, karena ia tidak ber-awal dan tidak ber-akhir.

Kalau anda menganggap saya sedang berdakwah untuk suatu agama, Stop membaca sampai di sini, karena pernyataan saya di atas bukan filosofi atau berasal dari agama tertentu. Ini adalah science. Kita bisa bayangkan zat tunggal ini berdimensi nol (zero-point), menempati semua posisi ruang di alam semesta bagaikan Grid. Bagaikan bentangan medan, Fabric of the Cosmos, sebagai medium atau wadah dimana padanya segala sesuatu eksis. Diawali dengan eksis-nya cahaya, dimensi ruang, waktu, dan seluruh obyek alam semesta ini tanpa kecuali. Sebuah cosmos.


Dari yang Singular, menjadi awal dan akhir alam semesta. Sedangkan Yang Satu itu sendiri tidak ber-awal dan tidak ber-akhir. Karena Ia-lah Awal dan Akhir itu sendiri.


Kalau definisi Tuhan adalah yang mengawali segala sesuatu atau yang menjadi penyebab segala sesuatu di alam ini untuk eksis, maka Zat yang hanya Satu itulah Tuhan.

Apakah ini merupakan usaha saya dalam membuktikan keberadaan Tuhan? Ya. Tetapi tentu saja tidak cukup hanya dengan beberapa paragraf di atas. Jika anda kurang puas dengan ulasan ini, kajilah lebih dalam lagi, seperti yang pernah saya lakukan. Jika anda tidak menemukan kesimpulan yang sama dengan saya, anda hanya butuh mendiskusikannya.


Jika anda berpendapat bahwa saya terlalu menguras energi sia-sia untuk pencarian Tuhan, padahal kebenaran bisa langsung didapat di dalam kitab suci, maka anda bukan pemikir seperti saya dan anda punya 2 pilihan; pertama, berhentilah membaca tulisan saya karena anda tidak berpikiran terbuka; kedua, anda boleh terus membaca tapi diamlah. Biarkan mereka yang mau berpikir, berpikir.



Medium


Jika anda memahami dengan benar tulisan di atas, maka anda boleh membayangkan bahwa Tuhan adalah sebuah Medium. Ini adalah sebuah pernyataan yang berani. Ketika saya pernah mengutarakan konsep ini kepada salah seorang teman saya, ia pun berpendapat bahwa ini akan menjadi sebuah konsep yang sangat berani namun elegan karena dapat menjelaskan berbagai macam hal-hal lain yang belum bisa dijelaskan. Saya merasa beruntung karena ia adalah sahabat saya. Jika ia orang lain, mungkin saya akan dicela atau dihujat karena dianggap "sesat".


Lalu mengapa saya berani menuliskannya di sini? Mungkin sudah saatnya. Sudah cukup lama saya menahannya. Karena seungguhnya ini bukan hal yang baru. Ilmu ini sudah ada sejak manusia pertama muncul di bumi ini.
Dan lagi, ini bukan sebuah ajaran. Ini adalah sebuah ajakan perenungan.

Maka renungkanlah;


Dengan konsep Tuhan sebagai medium, maka Alam semesta ini eksis di dalam sebuah Medium/wadah yang Maha Satu dan Maha Besar. Kita eksis pada-Nya. Kita ada karena Dia Ada. Kita adalah manifestasi dari sebuah zat yang Maha Satu. Kita adalah produk atau proyeksi dari sebuah imajinasi dan Kehendak yang Maha. Sebuah Kuasa yang Maha. Medium yang tidak berujung, tidak bertapal batas. Medium yang tidak ber-awal dan tidak ber-akhir.


Dengan konsep Tuhan sebagai medium, maka ini sangat konsisten dengan sifat Singular dari zat Itu. ESA. Bahwa tidak ada yang eksis di luar medium. Tuhan tidak perlu medium untuk eksis. Karena Tuhan sendirilah medium itu.


Dengan kata lain, tidak ada apapun selain Tuhan.

Tuhan adalah satu-satunya realita yang hakiki.
Jika Tuhan adalah realita yang hakiki maka, kita, sebagai produk imajinasi Sang Kehendak, adalah Fana atau Maya.

Science berhasil membawa ke titik dimana saya meyakini adanya sebuah Zat Tunggal yang menjadi Sebab dari segala sesuatu. Kita eksis pada Zat Tunggal itu dan dan Alam ini patuh pada Satu Aturan baku. Perjalanan ilmu pengetahuan berakhir di Sang Penyebab. The Source.


Maka apa yang terjadi jika kita mati? Bukankah ini adalah inti dari semua ajaran agama di bumi? Mencoba mengetahui apa yang terjadi setelah manusia mati? jika konsep ini benar maka segala yang eksis tentunya akan melebur ke dalam Medium itu.



Agama dan Kebenaran

Bagaimana menguji kebenaran konsep di atas? Apa yang akan anda lakukan selanjutnya?

Seperti yang saya katakan di atas, bahwa science sudah sampai pada titik dimana pertanyaan tersebut tidak atau belum bisa dijawabnya. Saya mencoba beralih pada ajaran-ajaran yang ada di bumi. Dari yang tertua hingga termuda. Apakah konsep ini ada pada ajaran-ajaran itu?

Dan mengapa "Kebenaran yang hakiki" itu penting? Kebanyakan orang berargumen bahwa jika kau yakin terhadap apa yang kau yakini (agamamu) maka itu sudah cukup. Dan karena semua agama mengajarkan hal yang sama, yaitu "Kebaikan", maka jika kau berbuat baik dalam hidupmu, maka itupun sudah cukup. Hidup tentram di bumi, surga tempatmu setelah mati.

Maaf, argumen atau pernyataan seperti di atas itu tidak bisa saya terima begitu saja. Baik itu benar. Benar itu baik. Tapi apakah Kebenaran yang sesungguhnya? Apakah kebenaran yang hakiki? Kebenaran yang hakiki adalah sesuatu yang applicable atau diterima dan berlaku dimana saja di alam ini. Jika Tuhanmu adalah Allah, maka Allah harus ada dimana saja di alam semesta ini. Tidak hanya di bumi. Jika Tuhanmu hanya bisa diterima di bumi, maka ia bukan Tuhan yang sebenarnya.

Terlalu beranikah pernyataan saya di atas. Tidak sama sekali.
Saya dan anda sedang mencari sebuah Kebenaran yang sesungguhnya. Anda dan saya harus setuju akan satu hal, tidak bisa keduanya benar. Bila kita berbeda pendapat, maka salah satu dari kita salah. Kebenaran harus hanya ada SATU, tunggal, dan diterima dimana pun di alam ini. Seperti hukum alam atau hukum fisika dan matematika. Ia berlaku dimanapun kita berada. Jika anda pergi ke planet lain, maka ilmu science yang sama juga berlaku di planet itu. Dan hukum alam merupakan hukum tunggal yang mengatur seluruh alam.

Hukum alam adalah hukum yang mengatur segala sesuatu. Lingkupnya adalah medium alam semesta yang tanpa batas ini. Hukum itu adalah medium itu sendiri. Medium adalah Tuhan, dan Hukum itu pun adalah hukum Tuhan.

Konsep bahwa Alam ini eksis di dalam sebuah medium, dan kita adalah manifestasi dari Tuhan bisa kita dapatkan di ajaran agama. Namun tidak semua agama mengajarkan hal ini secara tersurat. 
Saya anjurkan anda mencarinya sendiri. Jika anda mau berdiskusi, silahkan kirimkan email kepada saya. Saya akan sangat senang menanggapinya. Di sini saya hanya akan membuka jalan saja.

Dan anda mungkin akan terkejut bahwa konsep ini ditemukan di ajaran agama tertua di bumi. Yaitu ajaran Hindu (atau Hinduism). Saya tidak akan menulis panjang lebar mengenai ajaran Hindu, namun akan saya angkat  Intisari atau konsep utama dari ajaran Hindu yaitu mengenai kebenaran yang hakiki, hubungan antara Tuhan (Brahman) dan jiwa/ruh (Atman). Esensi eksistensi manusia adalah kesadaran bahwa Atman dan Brahman adalah satu. Kejadian meleburnya Atman menjadi Brahman disebut Moksha.
Brahman = The power behind and within the cosmos that makes it function and live. Can also be seen as the Ultimate Reality.
Brahman adalah realita yang hakiki (ultimate reality). Dan hanya ada satu yang Nyata/Real. Di luar itu adalah semu/fana, di Hindu disebut, MayaAlam yang kita tempati ini adalah alam Maya yang merupakan manifestasi dari Brahman itu sendiri.

Apakah ini hanya sebuah teori belaka? Silahkan bandingkan dengan tulisan ini; The God Theory, Dan temukan sudut pandang lain dari agama lainnya terhadap hal yang sama, dan menghasilkan kesimpulan yang sama pula.

Lalu bagaimana dengan agama lainnya? Silahkan anda melanjutkan pencarian anda atas pertanyaan ini. Namun konsep/ajaran ini pun ditemukan di dalam Sufi (Sufism).
Sufism = A mystical way of approaching the Islamic faith. It has been defined as "mystical Islamic belief and practice in which Muslims seek to find the truth of divine love and knowledge through direct personal experience of God.
Ajaran Sufi digolongkan sedemikian karena praktiknya dalam mencari kebenaran yang hakiki dengan cara mendekatkan diri kepada Tuhan secara langsung, personal, manusia dan seluruh alam ini tidak lain adalah Satu. yaitu Tuhan itu sendiri.

Lagi, saya tidak akan membahas panjang ajaran Sufi lebih jauh di sini. Cukup saya tarik intisarinya saja karena intisari itulah yang menjadi pokok tulisan saya ini. Mungkin di lain waktu akan saya bahas lebih dalam dan lebih jauh.

Tuhan adalah Medium Tunggal. Tuhan adalah Kebenaran yang Hakiki. Tuhan adalah Realita yang hakiki. Karenanya tidak ada apapun selain Tuhan. Maha Besar, Maha Berkehendak, Maha Mencipta, dan Maha Kuasa.

Tuhan bermanifestasi ke dalam Medium-Nya sebagai alam semesta yang fana/maya. Maka Alam ini adalah Dia. Ruh/atman-nya menempati setiap makhluk ciptaan-Nya. Maka Sesungguhnya Aku dan Dia adalah Satu. Aku adalah Tuhan, dan Tuhan adalah Aku.

----------------

Saya mengangkat contoh kesamaan antara ajaran tertua dan termuda di bumi. Intisari ajarannya adalah sama. Maka, tergantung anda menyimpulkan. Jika anda bersedia sedikit melapangkan pandangan dan pikiran, saya sarankan untuk menaruh perhatian lebih kepada konsep inti dari kedua agama tersebut.


Hinduism

 

Ada dua buah sumber pengetahuan ajaran Hindu yang saya singgung di sini. Kitab Upanishads dan Bhagavad Gita.

Upanishads adalah kitab penutup Veda, yang berisi intisari dari ajaran Hindu. Upanishads adalah kumpulan syair-syair yang tidak diketahui siapa yang menuliskannya pertama kali, dan diajarkan atau diturunkan dari mulut ke mulut. Upanishads berasal dari bahasa Sanskrit yang berarti "duduk dekat", yang dimaksudkan dengan duduk di dekat gurumu untuk menerima ilmu. 

Bhagavad Gita (arti: nyanyian Bhagavan, atau nyanyian spritiual) adalah kitab sempalan dari Kitab yang lebih besar yaitu Mahabharata. Bhagavad Gita adalah bagian dari kitab Mahabharata yang mengangkat kisah percapakan antara Arjuna dan Krishna. Ketika Arjuna mengalami kegundahan karena harus memerangi saudaranya sendiri, Khurawa, Ia bertanya kepada Krishna, apa yang harus ia lakukan dan bagaimana menyelesaikan dilema yang dihadapinya tersebut. 700 ayat Bhagavad Gita, atau nyanyian sprititual - karena ini adalah momen pencerahan yang suci, sebuah percakapan penting, dan ajaran kebenaran yang hakiki - adalah pendefinisian dari kebenaran yang hakiki, yaitu bahwa Atman adalah Brahman. Jiwamu adalah Tuhan. Tidak ada yang Nyata selain Tuhan. Tuhan-lah realita yang hakiki. Sedangkan yang lainnya adalah maya/semu/fana.

Kegundahan dihasilkan dari kehawatiran akan hasil akhir dari sebuah usaha. Maka lakukanlah apa yang kau usahakan dengan sepenuh hati, sepenuh jiwa, tanpa ragu, dengan kepasrahan kepada Tuhan. Tuhan ada adalah Atman-mu. Yang Maha Benar. Dan hasil akhir tidaklah relevan.

Seorang ilmuwan fisika teoretis, Professor Harold Dean Brown dari Amerika, adalah orang pertama yang melakukan terjemahan kitab Upanishads ke dalam bahasa Inggris. Dalam sebuah wawancara di televisi Israel, ditanyakan mengapa ia, seorang ilmuwan fisika teoretis menggeluti ajaran/tradisi sanskrit? ia menjawab, bahwa tidak hanya dia seorang dari para ilmuwan fisika teoretis yang melakukan hal ini. Tidak sedikit mereka (para ilmuwan) juga menaruh perhatian lebih kepada ajaran-ajaran kuno. Dan ini dilakukan karena dirasa perlu. Jawaban kebenaran atas berbagai pertanyaan mengenai kehidupan dan alam semesta bisa ditemukan di ajaran-ajarn kuno, yang dalam hal ini, Prof Dean Brown mengarahkan perhatiannya pada kitab Upanishad dan Yoga Sutra. Ketertarikannya itu menggerakkannya untuk menerjemahkan kedua kitab tersebut dan mempelajarinya.

Yang ditemukannya telah membuka tabir yang selama ini tertutup dari orang umum. Dimulai dari bahasa Sanskrit itu sendiri yang kemungkinan besar adalah bahasa tertua di bumi (atau salah satu yang tertua), yang berupa akar dari bahasa-bahasa lainnya di dunia, termasuk bahasa Inggris, Yunani kuno, dan lainnya. Sehingga hal ini mengindikasikan bahwa ajaran-ajaran yang dibawa oleh mereka yang berbahasa sanskrit juga merupakan ajaran tertua di bumi. Selanjutnya Prof Dean juga menemukan bahwa bahasa Sanskirt ada dua macam. Yang digunakan dalam kitab-kitab adalah Sanskrit formal yang hanya digunakan oleh ilmuwan, pemimpin agama, dan keluarga kerajaan. Sebuah bahasa yang memiliki kedudukan tinggi di society pengguna bahasa itu sendiri di zamannya dulu.

Lalu mengapa hal itu penting? Mengapa dengan diketahuinya bahwa Hindu adalah agama tertua menjadikannya hal yang penting? Bukankah akan lebih mudah mempelajari agama yang lebih muda untuk sebuah pencarian kebenaran yang hakiki bagi kita yang hidup di zaman sekarang ini? Tentu saja hal ini menjadi persoalan yang pelik yang saya hadapi. Namun, ada sesuatu yang luar biasa di sini. Hal ini berawal dari sebuah pertanyaan, 'Mengapa agama tertua di bumi ini memiliki konsep yang sangat dalam dan sangat kuat? (yang bagi saya konsep ini adalah konsep yang benar). Mungkin kalau saja saya tidak menemukan kebenaran di sana, maka saya pun sudah akan menghentikan pembelajaran saya atas ajaran ini. Ada sesuatu di sana. Sesuatu yang tidak masuk akal kalau kita berpatokan pada pelajaran sejarah yang diajarkan di bangku sekolah. Bagaimana mungkin manusia kuno (yang identik dengan keterbelakangan pengetahuan/ilmu) sudah bisa merumuskan suatu konsep yang sama benarnya dengan apa yang diajarkan di agama lain yang jauh lebih muda?

Tidakkah ini sebuah kenyataan yang misterius dan butuh perhatian lebih?
Maka saya pun mulai mencari. Dan temuan yang saya dapatkan dari buku-buku maupun film dokumenter memberikan alternatif berpikir baru.

Tidak ada yang tau kapan ajaran Hindu ini dimulai, siapa yang mengajarkannya pertama kali, Tidak ada keterangan bahwa adanya Nabi atau Rosul yang membawakan ajaran ini. Namun tidak sedikit orang sudah menemukan bukti-bukti peradaban kuno di tempat-tempat tertentu yang cukup luar biasa. Yaitu di dasar laut. Penemuan reruntuhan kota besar dan kompleks yang berukuran sebesar Manhattan di dasar laut beberapa mil dari Kota Dwarka, India Utara, menegaskan kepada kita bahwa pernah ada peradaban manusia yang sudah sangat maju di zaman dahulu kala, dimana kota tersebut masih di atas permukaan laut - permukaan laut masih rendah, yaitu sebelum zaman es berakhir. Penelitian melalui simulasi komputer memperlihatkan bahwa permukaan air laut serendah itu pernah tercapai adalah sekitar 12,000 tahun yang lalu. Dan melihat betapa besar dan kompleksnya sisa bangunan tersebut tentunya peradaban manusia harus sudah sangat maju untuk bisa membangunnya. Dan itu hanya bisa dicapai bila peradaban manusia sudah dimulai jauh lebih tua dari 12,000 tahun. Para peneliti menemukan fosil-fosil peralatan yang berumur 30,000 tahun, Sehingga ada kemungkinan kuat peradaban manusia telah dimulai jauh lebih tua lagi. Penemuan ini mendobrak ilmu main-stream yang menyatakan bahwa peradaban manusia baru dimulai sejak 5,000 tahun silam. Seharusnya penemuan-penemuan seperti penemuan kota Dwarka kuno bisa mendapatkan perhatian khusus dari komunitas itu. Saya sarankan anda melakukan pencarian sendiri berita mengenai penemuan kota-kota kuno yang mengungkap adanya bukti peradaban silam.

Peradaban kuno tersebut kemudian musnah karena adanya bencana besar. Pergeseran kerak bumi dalam semalam, yang menyebabkan gempa dan banjir besar, yang kemudian ditutup dengan mencairnya es di kutub yang menaikkan tinggi permukaan laut yang kita lihat sekarang ini. Inti dari ajaran tersebut selamat (survive) ke tangan masyarakat di sekitar lembah Indus, yang kemudian disebut sebagai "Hindu".

Nama "Hindu" sendiri dalam sejarahnya bukan nama asli dari agama ini. Nama ini diberikan oleh orang Inggris yang datang ke India, untuk membedakan antara masyarakat asli yang menempati lembah Indus dengan masyarakat pendatang.

Singkat cerita, semua ini sungguh membangkitkan rasa ingin tau, membuka mata, degupan kencang di dalam dada, berdebar seolah berhasil membuka pintu harta karun - kembali ke pertanyaan awal, 'mengapa pada agama tertua terdapat ajaran kuat?' - adalah bahwa pada masa itu manusia memang sudah mampu berpikir, berfilsafat, mengkaji, ditambah dengan ilmu fisika, matematika dan astronomi yang maju, untuk menyimpulkan sebuah ajaran terpadu akan kebenaran yang hakiki. Sebuah konsep kuat akan Tuhan.

Dan jika memang benar mengenai sejarah agama Hindu sudah dimulai sejak puluhan ribu tahun silam, maka bagi saya hal ini harus menjadi pedoman penting. Kita, manusia yang hidup di zaman (yang katanya) modern ini ternyata tidak lebih maju dari nenek moyang kita sendiri. Dan dalam pencarian kebenaran yang hakiki, kita harus "melanjutkan" apa yang pernah ada itu, dan bukanlah mencari yang baru dari nol.

Ini seperti membayangkan seorang anak kecil yang kesulitan menyelesaikan soal latihan matematika, kemudian ia menemukan buku usang di gudang tua di belakang rumah mengenai cara mudah menyelesaikan perhitungan matematika dasar. Dengan bantuan pengetahuan yang ada di dalam buku itu, sang anakpun berhasil menyelesaikan pekerjan rumahnya. Tidak hanya itu, ia juga mengerti dan paham. Lalu, secara logis dan naluriah, sang anak menyimpan buku itu sebagai pedoman belajar matematikanya. Siapa yang menulis buku tesebut? Tentunya buku itu ditulis oleh orang yang hidup jauh sebelum sang anak lahir, dan memiliki pengetahuan yang jauh lebih maju.





Sufism

"Aku mohon izin dan mukjizat Allah Yang Agung. Aku mohon kepada Allah yang berdiam dalam diriku, yang bertapa dalam raga badanku, yang menggerakkan seluruh anggota badanku. Aku mengakui tiada lain yang aku puja selain Allah yang ada di dalam diriku."

"Aku menyerahkan seluruh badanku, dilindungi dari segala bala', dilindungi dengan tirai mukjizat Allah. Dibukakan pintu ilmu. Ilmu yang nyata, yang bukti kuasa Allah."


Ajaran Sufi dipercaya sebagai ajaran inti Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW yang bersifat mistis. Serupa dengan inti ajaran Hindu.

Intisari dari ajaran Sufi ini adalah bahwa manusia dan semua ciptaan yang ada di alam ini adalah satu dalam Tuhan. Namun manusia telah lupa akan hal ini. Oleh karenanya manusia harus berusaha mengingat Tuhan dalam diri, bahwa aku dan Tuhan adalah Satu, dan Tuhan adalah realita yang hakiki. Zikr = pengingatan. Dengan menyebut nama Tuhan berulang-ulang dalam konsentrasi dan kepasrahan.

Tuhan adalah Yang tidak bernama namun memilki banyak sebutan, tidak bisa dijelaskan melalu metode apapun. Science dan Tuhan adalah satu. Ini adalah evolusi manusia selanjutnya. Sebuah Oneness, penyatuan. Semakin jauh manusia mengkaji science, ia akan menemukan Tuhan.

Yang saya tuliskan di sini bukan kiasan. Jika anda masih menganggap ini hanya sebuah metafora, kiasan, atau analogi, atau saya sedang mengajak anda membayangkan / berimanjinasi, maka anda sama sekali belum membaca tulisan saya sebelumnya atau anda sudah membaca tetapi belum memahaminya. Semua tulisan saya mulai dari Braneworlds, The Property of Things, A Secret Pathway, Big Bang VS Cyclic Universe, The God Theory, dan The Grand Design adalah mengulas sesuatu yang real. Bukan imajinasi. Saya berusaha menyatakan bahwa science telah berhasil "mengintip" ke seberang sana dimana satu-satunya ke-ada-an, satu-satunya kebenaran, dan satu realita yang hakiki, adalah Tuhan.

Ajaran Sufi disebut sebagai aliran Islam mistis, yaitu yang melakukan pencerahan ke kebenaran yang hakiki dengan membangkitkan Tuhan dan bertemu Tuhan di dalam diri. Alam tercipta dari cahaya yang pertama. Cahaya itu kekal dan cahaya itu selalu terpancar dari mereka yang ingat Tuhan di dalam diri.

Tidak ada apapun selain Tuhan itu sendiri.
Tuhan adalah aku, kamu, bumi, planet-planet, galaksi, dan seluruh alam. Tidak ada yang lainnya selain Tuhan. Di dalam medium Tuhan, kita semua eksis. Eksis di dalam ke-maya-an, ke-fana-an. Kita eksis sebagai manifestasi dari Tuhan. Kita eksis karena Tuhan berkehendak, maka kita ada.

Terlalu mistis untuk dijelaskan oleh science? Mungkin. Tapi menurut saya tidak. Sudah saya jelaskan dengan gamblang di tulisan-tulisan saya bahwa science berhasil mengintip keberadaan suatu zat yang Maha Satu. Tidak ada apapun selain Tuhan itu sendiri. Hanya Tuhan yang kekal. Tidak ada duality, tidak ada polarity. Semua yang ada di alam ini adalah maya atau fana. Yang real hanya satu. Tuhan. Penyatuan diri dengan Tuhan adalah ultimate goal. Tujuan yang sebenarnya.

Tuhan adalah Cinta. Hubungan manusia dengan Tuhan adalah cinta. Bukan seperti cinta antar manusia karena dasar emosional, tapi cinta yang berupa kepasrahan total. Kerelaan total. Rela meninggalkan semua yang fana dan karma. Totalitas mencintai Tuhan. Tidak ada yang lebih penting dari menjadi kekasih Tuhan. Pada akhirnya manusia akan bersatu dengan Tuhan.


"Science and God will become one. This is part of the next stage of human evolution."
"No one can explain God. Only God can explain God."
"Everything is God. God is the ultimate reality."




Cosmic Religion

Sangat mencengangkan bahwa ajaran Hindu (tertua) dan ajaran Islam melalui Sufi (termuda) memiliki konsep yang sama. Bagi saya ini teramat sangat mencerahkan, memberi kepastian hati, memberi motivasi, memberikan kehidupan ini sebuah arti yang sesungguhnya yang patut didalami dan dipelajari. This is the real meaning of our existence.
Tidakkah ini juga mencerahkan untuk anda? Saya harapkan demikian. Karena dengan alasan inilah saya menulis artikel ini.

Saya berkeyakinan bahwa di masa lalu, jauh sebelum apa yang diyakini para scholar formal mengenai sejarah peradaban manusia di bumi, adalah sebuah peradaban maju, dan adalah satu ajaran dengan cakupan menyeluruh tanpa menempatkan apapun di luar cakupannya. Ajaran yang meliputi Realita yang hakiki dan Realita yang maya. Sebuah ajaran tanpa banyak aturan dan hukum, tanpa bias, tanpa kias. Sebuah konsep langsung (direct).

Dan seharusnya konsep agung mengenai Tuhan ini mampu mempersatukan semua ajaran yang ada sekarang ke dalam satu ajaran tunggal. Peleburan paham, keyakinan, ke dalam satu paham Ketuhanan yang Tunggal. Jika kita percaya Tuhan itu satu, maka kita hanya butuh satu agama di bumi ini.

Peleburan ini adalah penyatuan antara kita dengan Tuhan. Dan ini hanya bisa dilakukan bila manusia tau dan sadar akan kebenaran yang hakiki, dan Realita yang hakiki. Penyatuan ini hanya bisa dicapai melalui cinta Tuhan, karena kemanapun kita memandang, ada Tuhan di situ. Pandang sesama makhluk dengan cinta pada Tuhan. Melepaskan seluruh ikatan badaniyahnya di kehidupan maya, memutus karma dan hanya berserah diri semata-mata untuk menyatu dengan Tuhan di dalam diri dan di seluruh alam, secara nyata.

Oneness adalah evolusi manusia selanjutnya. Dan ini sudah dimulai. Nantinya manusia tidak perlu agama. Karena manusia akan berada pada tingkat kesadaran baru. Kesadaran akan kebenaran yang hakiki.

Cosmic Religion is no religion. There is only God.


aku dan dia

Aku adalah dia - sebagai sosok ketiga. Dia adalah jasad yang mengurung aku yang sesungguhnya. Sesungguhnya aku di sini, juga di sana, dan dimana-mana. Essensi diriku adalah segenap alam semesta.

Dia hidup di alam semu, alam fana, alam maya, alam yang berupa kedok, tabir yang menutupi kebenaran yang sesunggunya, menutupi kebenaran yang hakiki. Namun dia harus hidup walaupun aku tau hanya sementara. Dia pun harus bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di alam fana ini. Walaupun dia hidup di alam maya, tapi ia tetap harus berusaha untuk itu.

Maka aku sudah harus belajar menemukan arah yang benar, menuju kebenaran yang hakiki. Karena di kebenaran itulah tempatku yang sesungguhnya. Aku harus menyadari bahwa kesadaran yang ditempuh dari kefanaan adalah tidak nyata. Aku harus melihat dari 'mata' -ku yang sesungguhnya.
Ritme alam semesta sungguh indah, sungguh teratur dan semuanya menyatu dalam sebuah kebenaran yang hakiki. Lantunan melody alam yang sungguh mempesona ruhku. Maka kumulai menyanyikan sebentuk keindahan itu dengan kepasrahan menyeluruh.

Aku dan kamu adalah satu. Dan karena aku dan kamu adalah sama, maka aku memandang dirimu seperti diriku juga. Aku mencintai diriku dan mencintai dirimu. Seperti juga aku mencintai seluruh alam ini, yang meliputi keseluruhan medium Yang Maha.

Tuhan adalah satu bersamaku, bersamamu, bersama seluruh alam ini. Kupanggil namamu ketika aku memejamkan mata semuku, dan kulihat dirimu di dalam diriku.

We are made of light. The same light that created the entire universe with no exception. You should see the light. You radiate light every time you are closer to the ultimate reality. The light will reveal the ultimate truth. It is only you.

The light need no rule, no regulation, no exception. The light has no duality. The light only realises one ultimate reality, one ultimate truth of every existence. The light is the singular of All things.

Your body is a vessel. The light need no container. It has to be released if you have not realised it. But if you do, then you have to learn from it and exist as it.

aku dan dia adalah kamu, adalah Dia.

La illaha illallah, There is no God but God.
O M  Shanti  Shanti  Shanti






ER
-----------------
Permintaan maaf yang sebesar-besarnya bila isi dari tulisan ini masih jauh dari sempurna, dan mengundang pertanyaan yang kadang bertentangan dengan keyakinan anda. Untuk pemikir, ini cuma sekelumit pengakuan dari manusia yang sedang berusaha memahami kebenaran yang hakiki.
 
 
 

19 komentar:

Bambang Wijanarko mengatakan...

Senang sekali dapat membaca tulisan anda lagi setelah saya lama menunggu. Tulisan anda kali ini menimbulkan pemikiran pada diri saya, mohon di beri komentar pak :
1. Apakah Konsep KeESAan TUHAN menurut anda adalah karena kesamaan ZAT ? meskipun padahal zat itu ada banyak dan tersebar di seluruh alam semesta ? dan kemungkinan akan bertambah terus (beranak) seiring mengembangnya alam semesta. Saya kira satu butir partikel ini bukanlah TUHAN
2. Kalau satu partikel itu adalah bagian dari zat TUHAN dan yang disebut zat TUHAN adalah keseluruhan partikel itu di alam semesta, maka benar ALAM semesta ini adalah TUHAN itu sendiri. Dan kita adalah bagian dariNYA.
3. Kalau TUHAN adalah partikel tersebut (sebagian atau keseluruhan), bagaimana mekanismenya TUHAN berkehendak ya ? Kok jadinya TUHAN seperti Benda Mati.
4. Bagaimana TUHAN bisa berfirman lalu menyuruh Malaikat menyampaikan firmanNYA dan menurunkan rasullnya ke BUMI.
5. Menurut kitab suci Al qur;an, TUHAN berdiam di ARSY di langit ke tujuh. Jadi menurut saya, partikel High tsb adalah salah satu alat Tuhan untuk membentuk Alam semesta. Beliau ada mengamati alam semesta dengan ilmunya dari tempatnya di ARSY.
6. Akan halnya Agama Hindu, saya pikir itu adalah peninggalan peradaban bangsa2 sebelum ADAM. Dalam Alquran juga disebutkan bahwa ada bangsa-bangsa sebelum adam yang dimusnahkan karena membuat bencana di muka BUMI (mungkin adalah perang MAHABHARATA).

Demikian pak, mohon komentarnya pak Rahman.

Erianto Rachman mengatakan...

@mobilan koleksiku;

Senang juga saya mendapati komentar dari anda. Terima kasih telah membaca tulisan saya.

Saya akan menjawab pertanyaan 1,2,3 sekaligus:
Pertama-tama, anda saya harus ajak untuk menerika dulu konsep Tuhan sebagai medium. Tuhan sebagai wadah. Wadah dari segala sesuatu di alam ini untuk eksis. Tanpa adanya medum ini, maka tidak ada satupun zat di alam ini bisa eksis.

Di God Theory, Braneworld sudah bisa kita bayangkan adanya Zero-Brane yang menjadi kerangka atau bahan dasar satu-satunya pembentuk ruang dan waktu. Sifat Zero-Brane tidak bergantung pada ruang dan atau waktu untuk eksis. Melainkan Ruang dan waktu hanya bisa eksis padanya.

Inilah yang saya maksud dengan Zat Maha Satu, Singular itu. 0-Brane, tempat segala sesuatu bergantung.

Seperti pada Surat Al-Ikhlas:
1. Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.”

Perhatikan ayat pertama dan kedua.
Surat Al Ikhlas adalah surat yang menyimpulkan siapa Allah itu, dan Bagaimana ia harus kita pahami keberadaanNYA.

Karena adanya 0-brane itulah maka saya katakana bahwa Science telah "mengintip" adanya Singularity dari Zat yang menjadi awal dan akhir seluruh alam ini.

Sari Zero-Brane, ini tercipta juga partikel-partikel lain yang membentuk struktur alam ini. dst, dst.

Erianto Rachman mengatakan...

Lebih jauh lagi, dengan menerima Tuhan sebagai medium, maka anda TIDAK BOLEH membayangkan bahwa ada Allah di satu sisi dan ada alam ciptannya di sebelahNya.

Renungkan baik-baik, TIDAK ADA YANG LAIN SELAIN TUHAN. Dialah Zat Maha SATU. Cuma ada SATU zat,
Jadi, Alam HARUS eksis di dalam zat Allah. Alam ini eksis PADA dan bergantung PADA Zat Allah.

Kita semua adalah manifestasi dari Zat Maha Satu.
Dialah Sang Maha Berkehendak, karena setiap apa yang dikehendakinya akan terwujud sebagai Hukum Alam itu sendiri. Apa yang dihendakiNy, Maka Terjadilah.
Dia juga Maha Kuasa, karena setiap saat Ia bisa melenyapkan alam ini, bIla itu dilakukanNya maka seluruh alam ini akan melebur kembali pada zat-Nya.

Satu lagi, Kita tidak bisa mempersonafikasikan Tuhan. Bagaimana cara Allah berkomunikasi kepada manusia? Apakah anda membayangkan sebentuk / sesosok bentuk percakapan antara Allah dan Rosul? Mengapa Allah harus berbincang melalui mulut dan telinga jika rosul itu sesungguhnya juga adalah bagian dari Allah? Kita semua adalah bagian dari Allah.

Allah adalah zat yang cukup dipahami sifat Ke-Esa-anNya saja, dari situ kita bisa memahami banyak hal dan menjawab banyak hal.
Dan dari situ saya mengajak anda untuk menerima konsep Tuhan sebagai Medium, yang menurut hemat saya akan lebih mudah dipahami ketimbang sebaris kalimat "Allah Maha Esa", karena kalimat ini lebih menyerupai doktrin ketimbang ajaran yang bisa kita kaji.

Saya akin pertanyaan no 1, 2, 3 and a sudan saya jawab di atas.

Pertanyaan ke-4, tentunya berhubungan dengan yang di atas. Apakah penting kita tentukan dimana Allah berada jika tau bahwa kita semua ini beserta alam semesta eksis pada-Nya?
Allah ada di sini. Di sana, dimana-mana. Apakah Allah mengamati alam ini?
Sekali lagi, janganlah mem-personafikasikan Tuhan. Apakah Allah memerlukan mata untuk mengawasi? Seluruh ciptaanNya ada pada diriNya. Dia selalu Maha Tau, Dia selalu tau mengenai keadaaan alam ini. Tidak ada yang bisa bersembunyi dariNya.

Mengenai agama Hindu, Saya masih akan menggali lebih jauh mengenai sejarah dan inti ajarannya yang menurut saya adalah cocok dengan apa yang saya yakini.
Namun, satu hal yang pasti bahwa Hindu adalah ajaran mengenai Ketuhanan yang tertua di bumi ini dan yang harus atau sangat perlu mendapatkan perhatian.

Dan saat ini saya sedang mempelajari bahwa memang di zaman jauh terdahulu lebih jauh dari catatan sejarah formal, mungkin lebih dari 100,000 tahun yang lalu, telah ada kebudayaan manusia yang sangat maju yang kemudian musnah.
Kemusnahan ini ada prosesnya - yang sangat menarik. Dan harusnya menjadi pelajaran positif kita semua.
Mungkin saya akan menuliskannya di sini. lihatlah saja nanti. :-)

Kurniawan mengatakan...

Tuhan adalah Zat tunggal yg eksis tanpa dimensi dan tanpa waktu, Zat harus murni tunggal, karena kalau tidak tunggal maka akan ada sekat pemisah yg berarti akan ada ruang dan waktu. Maka itu Tuhan pasti Zat yang Tunggal.

Bambang Wijanarko mengatakan...

@kurniawan :

Pak Kurniawan, bayangkan mata anda ada berada di luar alam semesta dan melihat alam semesta, mungkin alam semesta akan terlihat sebagai bola atau titik, Menurut saya jika ini terjadi maka anda sedang melihat TUHAN yaitu alam semesta itu sendiri yang tunggal dan eksis tanpa dimensi dan waktu, karena di luar alam semesta tak ada dimensi dan waktu.

Unknown mengatakan...

haii mas Er ...
Saya Bhuwono mas ...

Apik tenan postingannya mas, benang merahnya tidak ada yang terputus nyambung semuanyaa.

Mungkin kita selama ini terbelengu dalam pola pikir yang selalu mempersonifikasikan Tuhan sehingga secara tidak sadar kita memisahkan diri kita dengan Sang Hyang Pencipta ... menjadikan Tuhan sebagai " Sesuatu " yang terpisah dari kita.

Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa “Awaluddin Ma’rifatullah” (Awal seseorang itu beragama ialah mengenal akan Allah)... Makrifat adalah keadaan dimana kita benar-benar menyatu dengan Sang Hyang Pencipta, dalam Budha disebut Moksha, atau terminologinya mas Er adalah Oneness ...

Dan dikuatkan lagi dalam Ayat 16 Surah Qaaf yang terjemahannya adalah sebagai berikut :

"Dan sesungguhnya, Kami telah menciptakan manusia, dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih (dekat) kepadanya daripada urat lehernya," – (QS.50:16)

Erianto Rachman mengatakan...

mas Bhuwono,
Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya sudah membaca tulisan saya.
Ya memang tulisan saya sudah sampai pada klimaksnya dimana terkuak sudah apa yang disebut sebagai kebenaan dan realita hakiki.
Semoga bermanfaat.

Erianto Rachman mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Anonim mengatakan...

Salam pak, saya tertarik konsep pemikirannya...antara setuju dan kurang setuju...
1.Memang konsep ketuhanan yg benar adalah adil dan makes sense..artinya siapapun..agama apapun..punya kesempatan yg sama utk menemukan Tuhan..
2. Kalau tuhan perlu medium, saya perlu samakan persepsi disini. Menurut hemat saya, medium seolah2 berkonotasi Tuhan perlu alat utk menunjukkan keberadaanNYA, justru saya berpikir sebaliknya. Saya berpikir bahwa keberadaan alam ini merupakan petunjuk keberadaan Tuhan. Diskusi pemikiran keberadaan Tuhan sebagai alam (Tuhan maha meliputi segala sesuatu) sudah menjadi perdebatan di agama islam...yg satu berpikir bahwa alam itu adalah tuhan, aku adalah tuhan,dia,kau, adalah tuhan(oleh org yg menentang,pemikiran tsb di anggap menodai kesucian tuhan, misal kotoran,sampah,najis, berarti tuhan tdk suci). Yg lain berpendapat tuhan mengamati di satu tempat di atas Arsy,pemikiran ini ditentang dgn menyatakan bahwa dengan membatasi tuhan di ruang tertentu berarti membatasi kemahaluasan zat nya..
Saya merasa bapak banyak dipengaruhi pemikiran pertama tsb.
Saya sendiri merasa kedua pemikiran tsb ada benarnya sekaligus ada salah juga. Saya menawarkan pemikiran sintesa keduanya,tasawuf beranggapan bahwa alam ini berawal dan berakhir. Sebelum dan sesudahnya adalah apa?kosong,hampa,fana,tdk ada apapun.Justru saya beranggapan bahwa Arsy tuhan adalah kekosongan/hampa tsb.bahwa dibalik kosong,hampa,justru ada yg hakiki yaitu Tuhan itu sendiri. Karena semua yg ada di alam semesta ini berwujud dan pasti akan musnah,justru pada saat musnah itulah tuhan bertajali. Itulah sebabnya banyak aliran mistik berbagai agama mengajarkan pendekatan menafikan diri sendiri,mematikan nafsu utk dapat mencapai pencerahan. Pada dasarnya adalah utk mencapai kekosongan diri agar dapat bertemu dgn Tuhannya.
Mungkin pemikiran ini tdk beda dgn pendekatan medium,tetapi ada perbedaan yg mendasar yaitu, bila beranggapan tuhan sebagai alam, maka tuhan kekal sekaligus alam juga kekal.sebaliknya pendekatan fana/hampa ini tetap mengakui keberadaan tuhan saat alam semesta ini hancur. Alam sekedar pertanda/tirai keberadaan tuhan..

Erianto Rachman mengatakan...

Salam juga,
Terima kasih telah sudi berkunjung dan membaca tulisan saya. Saya sangat menghargai kunjungan anda.
Saya perlu mengkoreksi; bahwa saya tidak pernah mengatakan bahwa Tuhan perlu medium. Justru Tuhan TIDAK memerlukan medium. Karena Tuhan-lah medium itu. Mohon sekiranya dibaca sekali lagi tulisan saya.

Terlepas dari di atas, saya ingin menyampaikan sebuah renungan;
Saya adalah manusia yang sangat kecil yang terlalu berani membahas Tuhan. Tuhan is beyond our imagination of the beyond. We cannot start to think about God. Our being is limited in the 3 dimensional space, let alone that we know the nature is constructed by at least 10 dimensional of space and 1 dimensional of time. God exist as God, beyond of all dimensions. Because God is in what we exist. We cannot imagine what God is. God is too great to be thought by our small minds.

Moreover, tidak ada bahasa apapun di bumi ini yang bisa menjelaskan Tuhan. Dia yang punya banyak nama tapi hanya SATU. Dia bukan di sana, bukan di sini. dia ADA. Dia hanya bisa digambarkan oleh pikiran kita sebagai simbol yang hanya bisa kita temukan sendiri, masing-masing. Dia ADA. dan cuma satu cara yang membuat kita "sadar" akan hal itu, yaitu rasa cinta kepada-Nya. Total surrender, in total contemplation. total deepest meditation, deepest self, in total kepasrahan. There is no word to describe God. No word at all.

Kembali ke bahasan:
Saya tidak berani menerangkan kepada anda dengan cepat. Butuh satu tahun untuk menulis artikel singkat ini. Saya sangat berhati-hati dalam menuliskannya.
Mohon maaf, tapi ALAM ini kekal. tidak berawal dan tidak berakhir. Karena Allah kekal. Tapi alam juga berawal dan berakhir yaitu Ketika Allah menghendakinya. jika anda bermimpi atau melamun, maka lamunan anda bisa berakhir saat anda menginginkannya berakhir. Tapi Anda sendiri tidak berakhir. kira-kira dengan analogi ini anda bisa memahaminya?

Jika anda menganggap ada alam dan ada Tuhan. Atau jika anda menggambarkan ada Tuhan di satu posisi dan Dia menciptakan alam di sebelahNya. hal inilah yang saya coba tekankan bahwa penggambaran itu salah. Allah tidak perlu posisi. Allah tidak perlu ruang. Allah tidak perlu "kapan".
Allah bukan di sini atau disitu. hanya ADA Allah. tidak ada yang lain. Jadi dimana Allah menciptakan alam? adalah Pada-Nya.
pikiran kita terjebak di 3 dimensi. maka pikiran kita selalu berilusi bahwa Allah perlu tempat.

God does not need space-time because Space and Time need God to exist.

Sekali lagi anda bisa membayangkan kesulitan saya. dan saya pun bisa mengerti kesulitan pembaca artikel saya. Ada seorang bijak yang berkata satu kalimat kepada saya, padahal saya berargumentasi keras kepadanya hingga berminggu-minggu lamanya.
Dia hanya selalu berkata, "Tidak ada yang lain. Hanya ada Tuhan".
Dia katanan itu berulang-ulang. Saya tidak bisa tidur karenanya. berbulan-bulan saya mencoba mengerti apa maksudnya. Hanya setelah saya "menemukan" secercah cahaya di pikiran saya. Dan setelah membaca banyak referensi. Barulah saya mengerti apa maksudnya. Dan ketika itu pula saya kehabisan kata-kata. Sungguh benar-benar tidak ada argumen apa pun, tidak ada bahasa yang mampu menjelaskan Allah.
"Tidak ada apapun. Hanya ada Allah"
And this explains so much of my doubts. of my questions, of all mysteries in this nature.

"Tidak ada apapun. Hanya ada Allah"
Allah is Allah.

Anonim mengatakan...

assalamu'alaikum. senang sekali bisa membaca blog bapak. luar biasa menurut saya.

ada yg ingin saya tanyakan apakah 'The light' yg bapak maksud adalah penjabaran dari surat al-falaq ayat 1. Qul'audzubirobbil falaq (subuh). apakah mungkin subuh itu bisa kita artikan sebagai cahaya yg bapak maksud? singular polarity.
terimakasih.

Anonim mengatakan...

assalamu'alaikum.
senang sekali bisa membaca tulisan-tulisan bapak. luar biasa!

ada yg ingin saya tanyakan.
apakah The light/singular polarity itu bisa kita kaitkan dengan falaq (shubuh)dlm surat al-falaq ayat 1?

terimaksih.

Erianto Rachman mengatakan...

Terima kasih sudah membaca blog saya.

Al-Falaq (ENG):
1. Say: I seek refuge with the Lord of the Dawn,
2. from anything harmful in Creation,
3. from the evil of darkness as it spreads,
4. from the evil of knotted spells,
5. from the evil of the envier when he envies.

Al-Falaq (IND):
1. Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh,
2. dari kejahatan makhluk-Nya,
3. dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,
4. dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul ,
5. dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki”.

Jadi, jawabannya adalah ya jika anda berpikir bahwa cahaya ini adalah sesuatu yang "mencerahkan" jiwa yang mampu membersihkan kita dari kegelapan (pengaruh negatif).

Namun, we are made of Light. The Light of God.

Azwar Anas mengatakan...

assalamu alaikum.. terima kasih banyak kepada anda yang sudah menulis artikel ini.. berkat artikel ini, pertanyaan2ku yg belum terjawab akhirnya ku temukan jawabannya.. Lailaha illallah

Erianto Rachman mengatakan...

@Azwar Anas:
Terima kasih sudah membaca tulisan saya.
Semoga selalu bermanfaat.

Panah Malam mengatakan...

",,,bagi orang-orang yang berpikir,,,"
Ini saya kutip sebuah kalimat yang terdapat pada Al Quran.
Saya juga teringat kisah, bagaimana cara Nabi Ibrahim "mencari Tuhan".
Dan kisah-kisah Nabi Muhammad SAW.
Lalu, saya memikirkan sebutan untuk anda, apakah Sufi? Apakah Scientist? hahaha,,,
Apapun itu saya sangat senang mengenal anda, meskipun hanya didunia maya. Apakah anda tidak kenal saya?. Kita sama-sama manifestasi-Nya. Tulisan anda sangat bermanfaat, andalah salah satu dari "orang-orang yang berpikir". Salam.

Erianto Rachman mengatakan...

Tidak perlu dipikirkan. Penggolongan atau pengkategorian tidak relevan di perjalanan kita ke ranah mistis.
Terima kasih sudah membaca tulisan-tulsan saya.

Unknown mengatakan...

Salam mas Erianto...
sebuah kebahagiaan tersendiri bagi saya bisa membaca tulisan Cosmic Religion. banyak hal baru dan menarik untuk ditelaah.
terlepas dari keterbatasan diri akan pengetahuan ttg ilmu fisika dan sejarah agama kuno/baru, tulisan di atas sangat mencerahkan. hanya saja si awam ini perlu mengulang kata bahkan kalimat yang memang kurang begitu akrab oleh sebab keterbatasan saya.
saya tertarik betul dengan penggunaan Cosmic yang disandingkan dengan Religion. dalam hemat saya, Cosmic meliputi Makro dan Mikro Kosmos. Sang Asali dan Alam (selain Tuhan) satu sama lainnya saling terkait dan tak terpisahkan. mungkin dari teori inilah yang kemudian muncul konsep Hablu minallah, minannas, minal 'alam.
entah... benar atau tidak, rasa2nya konsep tersebut kok ada kemiripan dengan tulisan yang mas Erianto paparkan.

Mohon maaf jika terkesan kurang sopan. alangkah senangnya jika mas Erianto bisa memberi penjelasan/keterangan terkait tulisan di atas lebih gamblang dan elegan. Terima Kasih

Unknown mengatakan...

@erianto rachman,...
mas maaf mas saya pernah baca bahwa ajaran tantra adalah ajaran tertua....
sebelum adanya veda, upaniisad, maupun bhagawad gita.....