Kamis, 26 Mei 2016

A Sufi's Testimony


The Conference of the Birds



"My being is longing for the Beloved."


Edisi 1


The Unification
Penyatuan

Perjalanan spiritual seorang manusia mempertemukan yang dual menjadi singular. Adalah keseimbangan (balance). Adalah perdamaian antara yang masculine dan feminine di dalam dirinya. Kesadaran akan penyatuan ini adalah tingkat kesadaran tertinggi di dalam spiritual. Memasuki satu ranah yang lebih dalam, yaitu mystic. Inilah ajaran Sufi (Sufism). Ajaran terdalam ini adalah inti dari semua ajaran di muka bumi. Jika saya menggunakan istilah Sufi, maka ini berlaku untuk semua ajaran yang ada. Karena secara esensi, semuanya adalah sama, semuanya SATU.

Seorang mystic, atau seorang Sufi, adalah seorang penyembuh (The Healer) bagi dirinya sendiri, orang lain, dan seluruh alam ini. Langkah penting yang ditempuh adalah bersaksi dan mengakui Keberadaan yang Satu (Oneness), penyatuan antara pengkutuban atau dualisme yang tersimbolkan ke dalam kualitas sifat Masculine dan Feminine, atau Al-Dhat (feminine dalam bahasa Arab) yang menjadi atribut utama dalam Rahman dan Rahim (Pengasih dan Penyayang). Yang keduanya berasal dari akar kata rhm, yang berarti rahim (womb).

Sebutan lain untuk Tuhan adalah Al-Hikmah (Wisdom, Kearifan) juga bersifat feminine. Para pujangga dan orang bijak dalam Islam selama berabad-abad menghubungkan Tuhan dalam simbol feminine. Bahkan Ka'bah mendapat julukan, "a bride veiled in mystery" (sang pengantin-wanita yang berkerudungkan misteri). 

Jalal ad-Din Muhammad Rumi pun berkata, "The Qur'an is a Shy and Veiled Bride." (Qur'an adalah Pengantin-wanita berkerudung yang pemalu).

Betapa tinggi nilainya kualitas feminine di dalam ajaran mystic karena kualitas ini berperan penting sebagai penyeimbang diri setiap diri manusia. Sebagai simbol energi Kundalini, dan simbol surga. "Paradise lies at the feet of our mother." (Syurga berada di bawah telapak kaki ibu).

Sisi cinta dari masculine adalah: "Aku mencintaimu."
Sisi cinta dari feminine adalah: "Aku menantimu. Aku merindukanmu."
Sisi feminine dari cinta adalah sebuah cangkir kosong yang menanti untuk diisi, hati yang merindukan anggur kemabukan illahi.
"The lover waits for the Beloved, the soul waits for God."
(Yang mencintai menanti Yang Dicintai, jiwa menantikan Tuhan.)
~ Llewellyn Vaughan-Lee ~ 

Jika seorang laki-laki memang dimaksudkan menjadi seorang pemimpin, maka ia akan mendapati dirinya sebagai seorang manusia yang seimbang, Kuat juga lembut. Tegas juga ramah. Logis juga berdaya seni. Pemberi juga penerima. Pengasih juga penyayang.

Jika seorang perempuan memang dimaksudkan menjadi seorang pemimpin, maka ia akan mendapati dirinya sebagai seorang manusia yang seimbang, Kuat juga lembut. Tegas juga ramah. Logis juga berdaya seni. Pemberi juga penerima. Pengasih juga penyayang.

Keduanya akan merasakan kerinduan yang sama terhadap Tuhan. Terjadi keseimbangan antara proaktif dan pasif. Keseimbangan antara memberi dan menerima. Keseimbangan antara mencintai dan dicintai.


Die Before You Die
Mati Sebelum Mati

Setiap Sufi akan mengalami Taubah. Taubah adalah berserahnya ego sepenuhnya kepada hati. Taubah adalah penaklukan Mara. Peristiwa ini menyadarkan seseorang akan kebenaran yang hakiki bahwa tidak ada yang lebih penting selain Tuhan. Di dalam kehidupan, di alam ini hanya Tuhan-lah yang nyata. Sehingga ia menyadari bahwa ia hidup di antara dua dunia, dan pentingnya menjaga keseimbangan. Karena berada di dalam keseimbangkan berarti melibatkan Tuhan di dalam setiap jengkal kehidupannya (Between Two Worlds)

Taubah menuntun seseorang ke kesadaran selanjutnya mengenai Ke-Esa-an Tuhan. Tuhan yang Satu, dan tidak ada Tuhan selain Tuhan. (A Morning Dew). Bagi seorang Sufi, peristiwa penyatuan dengan Tuhan di dalam kehidupan ini begitu pentingnya, seperti mengalami kematian sebelum mati.


The Conference of the Birds
Konferensi Burung-Burung

Kisah in disadur dari karya seorang pujangga sekaligus guru spiritual, Fariduddin Attar.

Sekelompok burung berkumpul dalam sebuah konferensi untuk membicarakan kehidupan mereka yang dirasa tidak memuaskan. Walaupun hidup ini juga menawarkan kebahagiaan, namun jauh di dalam hati, mereka merasakan sakit yang aneh dan ketidakpuasan. Dari itu semua, kemudian mengerucut kepada hasrat bersama akan kebutuhan adanya tokoh raja di antara mereka. Yaitu seekor burung yang lebih baik dalam segala hal, dari yang lainnya. 

Seekor burung Hoopoe (burung Hud-hud), yang telah berkelana jauh ke seluruh dunia berkata bahwa mereka sudah memiliki raja, yaitu burung Simorgh (Phoenix, burung api), yang hidup di sebuah tempa yang sangat jauh (negerti Cina).

Burung hoopoe menawarkan diri untuk menunjukkan jalan menuju lokasi burung Simorgh. Namun sebelumnya ia memberi peringatan, "Perjalanan ini tidak akan mudah. Sangat jauh melewati daratan luas dan lautan dalam."

Pada awalnya semua burung yang sudah sangat merindukan akan adanya tokoh raja untuk mereka, bertekad tanpa ragu untuk melakukan perjalanan menemui sang Simorgh itu sesegera mungkin. Namun kemudian mereka mulai mempertimbangkan perkataan hoopoe selanjutnya, "Diri ini harus memiliki hati bak hati seekor singa." Tetapi mereka hanyalah burung.

Lebih dari itu, Hoopoe juga menjelaskan bahwa perjalanan ini akan menempuh tujuh lembah yang sulit -- Tujuh lembah ini adalah simbol dari tujuh hal yang akan ditempuh mereka, yaitu Pencarian (Quest), Cinta (Love), Pemahaman (Understanding), ketidakmelekatan (Detachment), Penyatuan (Unity), Kegalauan (Bewilderment), dan Kematian (Death)Di setiap lembah terdapat sangat banyak cobaan atau ujian yang akan dialami para pengelana.

Keteguhan hati sekelompok burung-burung ini mulai gentar. Satu per satu mulai mencari-cari alasan untuk membatalkan niat perjalanan mereka. -- Ini adalah simbol dari kecelaan manusia yang menghalangi manusia untuk melakukan perjalanan ke dalam (inner journey) dan menggapai pencerahan;

Dimulai dari burung nightingale (burung bulbul) menyatakan bahwa dirinya sangat mencintai bunga mawar melebihi kepeduliannya terhadap dirinya sendiri. Hal apa lagi yang diinginkannya? -- Hoopoe memberi peringatan kepada burung bulbul yang terlalu mengagumi tampilan eksterior segala sesuatu. Mekarnya mawar hanyalah sementara, yang dapat layu keesokan harinya. Mengapalah burung bulbul -- mengapalah manusia melekat pada kesenangan sesaat?

Burung beo yang sepanjang usianya hidup di dalam sangkar emas sangat mementingkan keamanannya dan takut untuk beranjak kemana pun. Hoopoe berseru, "Kau adalah budak rendah!"

Sama halnya dengan burung merak yang memiliki harga diri yang tinggi, ketakutan kehilangan satu helai pun bulu indahnya. Warna-warni bulunya adalah hasil lukisan pelukis terkenal dan ia merasa ditakdirkan hidup dalam keindahan dan glamour. Burung hoopoe mencaci si merak karena tidak memahami bahwa keindahan dunia itu hanyalah setetes air di samudera yang Maha Luas.

Lalu seekor bebek yang sudah merasa sangat suci karena kesehariannya hidup dekat air. Juga seekor ayam hutan yang merasa tujuan hidupnya sudah tercapai dengan menggali permata di dalam tanah. Kemudian burung elang yang sudah sangat puas hidupnya dengan bertengger di atas sarung tangan-kulit majikannya. Burung bangau pun sudah cukup dengan ikan-ikan yang dapat diperolehnya dengan mudah di laut. Dan burung hantu yang sudah sangat bangga akan emas hasil penggaliannya.

Yang terakhir adalah burung pipit, yang mengeluh akan tubuhnya yang sangat rapuh untuk diajak berkelana kemana pun. Alasan yang cukup masuk akal bagi sebagian, namun burung hoopoe tidak tergugah sama sekali dengan alasan si pipit, karena apa pun kondisi seseorang, tidaklah menjadi alasan untuk tidak melakukan perjalanan ini. Kesederhanaan yang ditunjukkan si burung pipit adalah kedok yang sangat baik untuk menutupi kesombongan dan keangkuhan. 

Seekor burung tanpa nama maju ke hadapan hoopoe dan mengatakan bahwa dirinya telah puas akan kondisi spiritualnya saat ini, dan ia telah meraih tingkat kebijakan yang tinggi melalui proses pengorbanan diri, menuntut jawaban dari hoopoe mengapa ia harus berkelana melalui padang pasir luas, lautan dan pegunungan tinggi jauh dari rumah? Untuk pertanyaan ini hoopoe memberikan jawaban paling pedas dari semua yang telah ia berikan kepada burung-burung lain. Jika burung yang puas-diri itu tidak membebaskan dirinya dari kepuasan (penjara) semu, maka ia tidak akan dapat menggapai apa pun. 

Banyak lagi burung mengajukan alasan-alasan mereka untuk tidak ikut. Akhirnya tinggallah yang tersisa yang memulai perjalanan panjang mereka.

---------------

Lembah-lembah yang disinggung oleh burung hoopoe adalah tingkatan ujian bagi para pengelana spiritual.

Pertama, adalah Lembah Pencarian (Valley of the Quest)Para pengelana, kita, diuji melalui perjuangan-keras dan rasa kecil-hati karena kerasnya perjuangan itu sendiri dan keterpaksaan untuk meninggalkan atau menanggalkan hal-hal yang tidak esensial dalam perjalanan ini. Lalu memurnikan hati kita untuk pertemuan suci yang akan kita hadapi.

Kedua, adalah Lembah Cinta (Valley of Love). Kita dipaksa membuang kelemahan dan kemurtadan, dan berteguh / komit kepada diri sendiri secara sungguh-sungguh untuk menggapai kepuasan hakiki jiwa kita - apa yang menjadi kebutuhan hakiki jiwa kita.

Di dalam lembah ketiga; Lembah Pemahaman (Valley of Understanding), kita ditempa untuk belajar memahami jalan spiritual yang paling pas/cocok/pantas/sesuai untuk masing-masing individu. Spiritual dan mystic bersifat individual. Kita tidak bisa hanya mengikuti dogma - yaitu hasil perjalanan orang lain. Kita sendirilah yang harus mengalaminya.

Di Lembah Ketidakmelekatan (Valley of Detachment)kita ditempa untuk melepaskan kebutuhan akan rasa ingin mengendalikan / menguasai (to be in control). Karena dalam tingkat ini, kita harus berdamai dengan realita kehidupan, menerima apa pun yang di hadapan dengan rasa syukur dan kerendahan hati. Di sini terjadi pelucutan ilusi dunia yang menyatakan bahwa kita adalah pusat dari dunia - dunia yang sempit. Apa pun yang kita miliki sesungguhnya bukan milik kita.

Menuju ke Lembah Penyatuan (Valley of Unity), para pengelana spiritual menyadari bahwa SEMUA adalah SATU. Bahwa apa pun usaha kita yang tampaknya dilakukan sendirian sesungguhnya dilakukan bersama Sang Pencipta, Tuhan. Bahwa jika pun ada batasan, maka batasan itu tak-berhingga di dalam Tuhan.

Selanjutnya adalah Lembah Kegalauan (Valley of Bewilderment), tempat kebingungan dan kepedihan. Dalam setiap kehidupan manusia ada masa-masa sedih dan kecewa, dimana kita merasa telah kehilangan arah. Ingin rasanya menyerah saja dan meninggalkan semua yang telah kita tempuh. Di sinilah kita membutuhkan kekuatan dan dorongan semangat dari sesama pengelana lainnya untuk tetap terus berada pada jalan ini menuju tujuan akhir; pencerahan.

Terdapat satu lagi lembah yang harus dilalui sebelum para pengelana bertemu sang burung agung, Simorgh. Dan lembah ini menyimpan ujian terberat dibandingkan semua lembah sebelumnya. Inilah Lembah Kematian (Valley of Death). Ini bukanlah hanya kematian dari diri yang palsu, tetapi juga kematian fisik sebenarnya. Di sini ada rasa kelelahan dari hidup panjang penuh drama, kepalsuan, dan trauma. Lalu tubuh ini melemah, kosong, yang tersisa hanyalah esensi suci diri ini. Kita akhirnya bertemu secara langsung dengan SESUATU yang kita cari sepanjang hidup ini.

---------------

Inilah perjalanan panjang yang dikicaukan oleh burung hoopoe di dalam konferensi para burung. Banyak dari pengelana berguguran sepanjang jalan. Namun pada akhirnya hanya tersisa tiga puluh burung yang sangat kelelahan, compang-camping dan tertatih-tatih, tiba di hadapan gerbang megah, tempat sang Maha Agung, Simorgh.

Mereka berbaris dengan tertib, melalui pemeriksaan oleh penjaga gerbang yang membacakan satu-per-satu catatan hidup mereka - perbuatan baik dan buruk yang telah mereka lakukan. Setelah itu, mereka dihantarkan berjalan ke hadapan Simorgh.

Para burung menyaksikan dalam rasa takjub yang tak terkira kala tabir ketaktahuan terakhir disingkap di hadapan mereka. Dan hadirlah cahaya dari segala cahaya - momen keajaiban yang diekspresikan dalam permainan kata bahasa Persia (si = tiga puluh, dan morgh = burung). 

Mereka memahami makna sesungguhnya dari kerinduan mereka terhadap Simorgh. Dari pancaran wajah Simorgh yang berseri-seri mereka melihat wajah mereka sendiri! Terpesona, terpana, mereka menyadari bahwa merekalah Simorgh itu!
Simorgh adalah ketiga-puluh burung!
Simorgh adalah sebuah cermin keagungan - siapa pun yang hadir di hadapan kemegahannya, melihat diri mereka sendiri.

Perjalanan hidup mereka telah berakhir dengan termanifest-nya diri mereka yang sesungguhnya ke dalam Simorgh (diri mereka sendiri) seperti bayang-bayang yang sirna digantikan terangnya cahaya matahari.

---------------
"And I too cease: I have described the Way. Now you must act. There is no more to say."
(Dan saya pun berakhir: Saya telah menggambarkan Jalannya. Sekarang kau harus bertindak. Tidak ada lagi yang dapat diucapkan.) 
~ Faraduddin Attar ~


A Sufi Path

Kisah di atas sangat menyentuh saya. Perjalanan spiritual tidaklah mudah dan tidak ada yang mengharuskan semua orang menjalaninya. Jika seseorang sudah siap, akan datang seorang guru padanya di saat yang tidak diduga-duga. Seperti hadirnya burung hoppoe itu di tengah-tengah sekelompok burung. Karena Tuhan bekerja secara alamiah. Karena Tuhan-lah alam ini. SEMUA adalah SATU dalam Tuhan. Maka semua bekerja, bergerak, bersama Tuhan. Dan pada akhirnya seseorang akan menemukan Tuhan di dalam dirinya. Tuhan sebagai Aku. Dan Tuhan adalah seluruh alam ini. Tidak ada Tuhan selain Tuhan.


Perjalanan spiritual memerlukan teman (fellow traveller) yang akan saling membantu dan memberikan dorongan semangat satu sama lain di kala lemah.


Penaklukan ego sangat berat. Dan ini tidak terjadi hanya sekali. Dari kisah di atas, paling tidak ada tujuh tingkatan ego yang harus ditaklukkan sebelum semua tabir terakhir benar-benar dapat tersibak sempurna. Di sepanjang perjalanan tidak sedikit orang menyerah dan meninggalkan jalanan suci itu. Temuilah sang Hoopoe yang akan menjadi pemandu anda. Temuilah teman-teman seperjalanan untuk membantu kita.

Pembelajaran ini tidak bersifat verbal, melainkan dari hati ke hati. Seseorang harus mengalami dahulu suatu peristiwa, barulah ia akan memahaminya dan melanjutkan ke langkah berikutnya. Setiap peristiwa akan menguatkan komunikasinya dengan sang guru. Dan biasanya di setiap moment pencerahan, ia hanya mampu berucap, "Oh...ternyata begitu..." sambil tertunduk dan tersenyum di hadapan sang guru.
"Move from the Knowledge of the Tongue to Knowledge of the Heart."
(Dari Pengetahuan lisan ke Pengetahuan Hati) 

---------------
"Do you love God?" (Apakah kau mencintai Tuhan?) 
"Yes." (Ya)
"Do you hate the devil?" (Apakah kau membenci iblis?)  
"No, my love of God leaves me no time to hate the devil." (Tidak, kecintaanku kepada Tuhan tidak menyisakan waktu untuk membenci iblis.) 

---------------
"What is the end of love?" (Apakah akhir dari cinta?)
"Love has no end." (Cinta tidak memiliki akhir)
"Why?" (Mengapa?)
"Because the Beloved has no end." (Karena Yang Dicintai tidak berakhir.)

---------------

ER


1 komentar: