Jumat, 30 Mei 2014

The Divine Principle of Creation






Edisi 2

Tuhan adalah medium (tempat) dimana alam semesta ini tanpa terkecuali eksis di dalamnya, maka tidak ada satupun obyek di alam ini yang luput dari sifat KetuhananNya. Universe, multiverse, dimensions, membranes, dan dari mulai obyek ter-masif hingga partikel terkecil, termasuk energi. Dengan demikian maka setiap obyek di alam ini memiliki sifat KetuhananNya, atau jiwa, ruh, atman, yang berasal langsung dari Tuhan.
If all creations exist in The Creator, then every single creation is divine. From the most massive object to the smallest particle in nature, including the singular entity of energy and force. This is the Divine Principle of Creation.
Jika semua ciptaan eksis pada Sang Pencipta, maka setiap ciptaan adalah Illahi. Dari obyek terbesar hingga partikel terkecil di alam, termasuk sebentuk tunggal energi dan forsa. Inilah Prinsip Ketuhanan Penciptaan.
~ Erianto Rachman ~ 

Divine = memiliki sifat Ketuhanan = Illahi.
Dan divine principle inilah yang ingin saya angkat di dalam tulisan ini.

Bagaimana membuktikannya?
Pembuktian terhadap pernyataan di paragraf di atas bahwa segala sesuatu memiliki sifat Ketuhanan, tentunya harus dilihat dari pandangan ketergabungan atau ke-satu-an semua perangkat ilmu pengetahuan yang ada di alam ini. Seperti yang saya singgung pada tulisan saya sebelumnya yang berjudul, "The Universal Knowing". Hanya dengan "science" yang universal kita bisa membuktikan Ketuhanan pada alam ini. "Membuktikan" bukanlah kata yang tepat, karena beberapa dari pembaca sampai di sini pastinya sudah mampu membuktikannya dengan baik, meskipun cukup untuk diri sendiri. "Merasakan" adalah kata yang tepat. Hanya dengan science yang universal kita bisa me-rasa-kan Ketuhanan pada alam ini - pada setiap obyek di alam ini.

Jika anda melihat alam dari semua sudut padang ilmu pengetahuan tanpa terkecuali, maka anda akan mendapatkan kesimpulan yang sama dengan saya mengenai Divine Principle ini. Manusia sudah sangat terbiasa berpikir dengan menggunaka kualitas masculine. Yaitu berangkat dari logika, penalaran, dan analisa. Kita tidak mungkin dapat langsung lompat kepada pemahaman akhir dari Divine Principle, banyak hambatan-hambatan di tengah jalan yang membuat kita berhenti sejenak untuk merenungkan, kemudian jika kita siap membuka pikiran seluas-luasnya tanpa terbelunggu dogma, doktrin dari agama apapun serta disiplin ilmu tertentu, kita mencoba menganalisanya dari sudut pandang - sudut padang pengetahuan lain yang mungkin luput dari pertimbangan kita. Secara sangat perlahan, sesuatu yang tadinya dipandang sebagai mistis, atau metafisik, mulai terlihat logis dan memuaskan nalar kita. Barulah setelah itu, kita mau melanjutkan perjalanan kita. Ini adalah yang saya alami. Dan ini adalah wajar. Saya menyarankan anda mengalaminya juga.

Komponen yang mungkin terlupakan oleh kita adalah bahwa ada kualitas lain yang harus kita buka untuk masuk ke dalam diri kita yang masculine ini. Yaitu kualitas feminine. Feminine bergerak di perasaan, abstrak, seni, dan kesadaran alternatif (Alter-state of consciousness). Keterlibatan feminine sangat penting bagi kita dalam melihat alam ini secara lebih baik dan memberi pemahaman yang sempurna terhadap Divine Principle of Creation.

Kualitas feminine ada pada setiap manusia. Kita harus membangkitkannya dan memperkenalkannya dengan kualitas masculine kita. Keduanya harus sejajar, dan kemudian menjadi bagian tak terpisahkan dari diri kita. Sebuah keseimbangan. Pada kondisi seimbang inilah kita akan menyadari kebenaran alam yang hakiki.

Mengajak atau membangkitkan kualitas feminine di dalam diri cukup sulit dan butuh kesabaran. Yang sering terjadi adalah kita tidak mau mengakui kehadirannya dikala ia hadir. Ia hadir dalam bentuk perasaan di dalam hati, yang terkadang mencegah anda untuk melakukan sesuatu atau menggerakkan anda untuk melakukan sesuatu. Namun sering kita abaikan karena pertimbangan lain yang logis menurut kita. Sangat banyak contohnya. Dan saya yakin anda sudah sering mengalaminya. Ego hampir selalu mengalahkan nurani.

Dari Sufi Master, Ibn Al-'Arabi:
"God deposited within man knowledge of all things, then prevented him from perceiving what He had deposited within him.... This is one of the divine mysteries which reason denies and considers totally impossible. The nearness of this mystery to those ignorant of it is like God's nearness to His servant."
"No one knows what is within himself until it s unveiled to him instant by instant." 
"Tuhan menyimpankan di dalam setiap manusia pengetahuan mengenai segala sesuatu, kemudian Tuhan mencegah pengetahuan itu untuk diketahui manusia.... Inilah satu dari misteri Illahi yang alasannya tampak mustahil. Kedekatan misteri ini bagi mereka yang tidak perduli adalah seperti kedekatan Tuhan dengan hambaNya."
"Tidak ada yang mengetahui apa yang tersimpan di dalam dirinya hingga terungkap untuknya sedikit demi sedikit."

Qur'an (56:85):
"We are nearer to him than you, but you do not see."
"Kami lebih dekat dengannya daripadamu, namun kamu tidak melihatnya." 

Qur'an (50:16):
"We are nearer to him than his jugular vein."
"Kami lebih dekat dengannya daripada urat nadinya." 

Logika masculine mengenal pendekatan linear - mengatakan bahwa ada sebab maka ada akibat. Yang terjadi kemudian adalah dikarenakan oleh yang terjadi sebelumnya. Namun pendekatan feminine tidak linear - Segala sesuatu yang terjadi sekarang maupun nanti, terjadi sekaligus bersama-sama.

Sampai di sini anda mungkin perlu berhenti sejenak. Pendekatan feminine yang tersebut di atas tidak dapat anda terima begitu saja. Tidak mengapa. Hal ini adalah wajar. Silakan dilanjutkan membaca jika anda sudah bersedia.

Misteri Ketuhanan pada setiap obyek di alam hanya akan terungkap bila manusia mengakuinya. Pengakuan ini sangat penting. Dan harus dicapai dalam keseimbangan kualitas feminine dan masculine pada manusia. Semua tingkat kesadaran (all level of consciousness) harus menyadari / mengakui adanya sifat Ketuhanan pada alam. Barulah alam akan membuka Ketuhananya kepada manusia. Barulah Ketuhanan itu ada. Mengapa begitu? Bukankah seperti pada paragraf pertama di atas bahwa sejak terciptanya alam ini (sebab) memang sudah memiliki sifat Ketuhanan (akibat)? Inilah salah satu misteri Tuhan terbesar seperti yang dikatakan oleh Ibn Al 'Arabi di atas. Dan misteri Tuhan tidak bisa didekati oleh mental linear manusia. 

Jika kita ingin mengetahui kebenaran yang hakiki, Jika kita ingin membuka pengetahuan Tuhan yang ada di diri kita dan di seluruh alam ini, maka pendekatan yang harus kita tempuh adalah pendekatan gabungan yang seimbang atas kualitas diri kita, yaitu feminine dan masculine. Karena Tuhan adalah pencipta ruang dan waktu, maka Tuhan tidak ditentukan oleh ruang dan waktu ciptaan-Nya sendiri.

Dengan prinsip Ketuhanan tersebut - non-linear, maka segala sesuatu terjadi sekarang. Manusia ada di sekarang. Seperti ajaran Buddha yang menyebutkan bahwa kita adalah sekarang. 
Dengan demikian, maka kemarin dan besok adalah sekarang.

Anda saya harapkan sudah mulai memahami bahwa peran 'kesadaran' manusia terhadap ke-wujud-an alam ini adalah sangat penting. Dengan sadar, maka Dia ada, Dia ada maka kita sadar.
Terlalu mistis untuk anda? Jangan kuatir, anda tidak sendiri. Secara perlahan anda akan memahaminya dengan baik.

Jika sudah paham, lalu apa?
Jika kita sudah paham mengenai Divine Principle ini, maka anda mengerti apa peran anda di alam yang fana ini. Dan anda akan tahu serta paham akan kebenaran yang hakiki.
Segala keraguan sirna. Doktrin dan dogma sirna. Tidak ada pengkotakan oleh ilmu pengetahuan. Tidak ada penggolongan berdasarkan agama. Tidak ada dinding pemisah antara satu manusia dan manusia lain, juga antara manusia dan seluruh alam. Karena kita adalah Satu.
"We are creation. And creation is divine. The knowledge of all things will be revealed to you from within you." 
 "Kita adalah ciptaan. Dan ciptaan adalah illahi. Pengetahuan dari segala sesuati akan terdedah kepadamu dari dalam dirimu."
~ Erianto Rachman ~ 

Praktek apa yang harus dilakukan untuk mencapainya?
Mungkin akan saya tuliskan suatu hari nanti.



As Above So Below

From the Emerald Tablet, attributed to Hermes Trismegistos:
"What is below is like that which is above, and what is above is like that which is below, to accomplish the miracles of the one thing."
"Apa yang ada di bawah adalah serupa dengan yang di atas, dan apa yang di atas adalah serupa dengan yang di bawah, untuk mencapai mukjizat yang satu."
 
Peradaban Mesir kuno mempercayai adanya replika alam semesta langit, di bumi. Semua yang ada di langit ada di bumi, hingga mereka membangun setiap bangunan ritual seperti makam, istana, piramid dengan posisinya mencontoh posisi bintang-bintang di langit. Peradaban Maya, dan peradaban kuno lainnya juga menganut metode yang sama. Mereka percaya pada; apa yang ada di langit ada pula di bumi.

Kebanyakan dari kita menilai pandangan peradaban tersebut mengenai hubungan langit dan bumi sebagai pandangan yang kuno dan tidak relevan dengan ajaran masa kini. Manusia kini tidak lagi mampu menterjemahkan simbol-simbol ketuhanan yang diketahui dengan sangat baik terlebih dulu oleh manusia-manusia zaman itu.

Ilmu pengetahuan modern mengajarkan pemisahan antara yang hidup dan yang mati. Sehingga kita kenal dengan pemisahan antara alam tak terlihat ('alam al-ghayb) dan alam terlihat ('alam al-shahadat). Manusia kini tidak mampu lagi melihat alam secara utuh dan menyeluruh. Simbol-simbol yang diwariskan oleh manusia pendahulu yang seharusnya menjadi jembatan antara kedua alam itu justru dianggap tidak relevan.

Dari Hadith:
"I was a hidden treasure and I longed to be known, so I created the world." 
"Aku adalah harta tersembunyi dan Aku menghendaki untuk diketahui, maka Aku ciptakan dunia ini."  
"Man is My secret, and I am his secret."
"Manusia adalah rahasia-Ku, dan Aku adalah rahasianya." 

Pada setiap benda, materi, maupun energi, terdapat esensi ketuhanan yang tak tampak, juga wujud fisik yang tampak. Sifat ketuhanan suatu materi hanya dapat di-rasa-kan dengan pengakuan dari manusia yang mengamatinya. Seperti pada Mekanika Quantum, bahwa sebuah pertikel dapat berlaku sebagai partikel dan gelombang tergantung bagaimana kita sebagai pengamat memperlakukan partikel itu. Dan pada esensinya, partikel adalah partikel dan juga gelombang secara bersamaan.

Jika anda memahami Holographic Principle yang saya tuangkan di dalam tulisan saya Holographic Reality, maka anda sudah paham apa yang akan saya sampaikan berikut ini; Seluruh alam semesta (macro cosmos) ada di dalam setiap bagian kecil alam semesta itu sendiri (micro cosmos) - manusia adalah alam semesta itu. Dan setiap obyek pada alam semesta ini adalah alam semesta itu sendiri. Dan karena alam semesta (creation) eksis pada Sang Pencipta (creator), maka manusia dan seluruh alam ini adalah Illahi. Seluruh isi alam ini memiliki ruh Tuhan.

Begitu pula adanya ruh di bumi kita ini. Anima Mundi (The World Soul).



Demikianlah yang bisa saya tuangkan ke dalam tulisan saya kali ini. Semoga bermanfaat.


==================================

Cukup besar energi yang saya curahkan untuk dapat menuangkan apa yang ada di dalam pikiran saya ke dalam bentuk tulisan di atas. Saya harus sering berhenti di setiap paragraf untuk merenungkannya. Saya harap anda bersedia mengulang membaca tulisan ini agar dapat lebih memahaminya.
Terima kasih.

ER

3 komentar:

Unknown mengatakan...

saya menunggu penjabaran
"Praktek apa yang harus dilakukan untuk mencapainya?"

Bangpiet mengatakan...

Apa yang harus saya lakukan? Apakah membaca dan terus membaca. Sungguh blog ini sangat menambah wawasan2 yang bermanfaat. Thanks bung ER.

Erianto Rachman mengatakan...

Kalau disimak baik-baik tulisan-tulisan saya, maka prinsip dasarnya sudah saya sampaikan. Yaitu 'pengakuan' atas kebenaran yang hakiki.
Dari sanalah semuanya berawal.
Mungkin saya tidak akan menjabarkannya secara detil, karena perjalanan spiritual adalah perjalanan pribadi setiap individu. Tetapi prinsipnya adalah sama.