Sabtu, 21 Maret 2015

Sacred Science

The Seven Principles of Hermetica, the Sacred Knowledge of Thoth






Edisi 1

Di dalam tulisan saya yang lalu, saya telah membuka sebuah pengetahuan mengenai keberadaan sesosok tokoh penting dari zaman yang teramat tua. Tokoh yang penuh misteri, yang kekal, dewa pengetahuan, the god of wisdom and the creator of magic. Thoth. Di tulisan saya kali ini, saya akan membagi pengetahuan mengenai ajaran Thoth itu.

Ilmu pengetahuan Thoth di ajarkan kepada para pelajar yang terpilih (The Initiate), di dalam sekolah misteri (Mystery School) di Mesir sejak zaman dahulu kala. Bangsa Mesir kuno haya memiliki sebuah sekolah yang disebut Pr Wr (baca 'Per Wer'. Per = House, Wer = Knowledge), House of Knowledge dengan guru-guru yang adalah para pendeta. Baca mengenai hal ini di tulisan saya sebelumnya, "The Children of Suf".

Di sekolah ini diajarkan pengetahuan yang berlandaskan kesatuan alam semesta. Tidak ada penggolongan, tidak ada pengkotakan. Sebuah pengetahuan hakiki. Seorang Alchemist, filsuf, dan penulis, R.A. Schwaller de Lubicz menyebutnya "Sacred Science", yang tidak lain adalah pengetahuan yang asal muasalnya diturunkan atau diajarkan oleh sang dewa pengetahuan, Thoth. Pengetahuan ini juga disebut Silent Knowledge, atau pengetahuan bisu karena bagi siapa saja yang mempelajarinya dan mendapatkan inti dari pengetahuan ini, maka ia mendapatkan rahasia Tuhan. Dan pengetahuan Tuhan terlalu besar dan sulit untuk dijabarkan ke dalam bahasa apapun di dunia ini sehingga sikap terbaik adalah diam. Namun diam bukan berarti tidak melakukan apapun. Mereka berkomunikasi dengan sangat intens dengan menggunakan bahasa ruh, bahasa hati, bahasa universal yang dapat dimengerti oleh seluruh alam ini. Para pendeta merumuskan sistem pengajaran yang hanya boleh disampaikan kepada calon pelajar terpilih (The initiates).

Bangsa Yunani kuno banyak belajar di Rumah Pengetahuan ini. Dan dengan kekaguman yang sangat besar terhadap Thoth, mereka mengadopsi Thoth ke dalam wujud dewa Yunani, Hermes Trismegistus, yang berarti Hermes the triple greatness (the great of the great of the great).

Di tulisan saya ini, saya akan memperkenalkan 7 prinsip pengetahuan Thoth/Hermes itu. Tujuh prinsip ini yang diajarkan kepada para murid, dan tidak akan pernah seorang murid melanjutkan pembelajarannya tanpa benar-benar memahami tujuh prinsip ini satu per satu. Sang anak, sang pelajar, sang Alchemist adalah tokoh dalam tulisan saya ini. 


The Principle of Mentalism
Prinsip Kebatinan
"The universe is mental in the mind of God."
Seluruh alam semesta ini berada di dalam mental/batin Zat Yang Maha Esa, Tuhan. Tuhan adalah tempat/medium dimana alam semesta ini eksis. Bagi sebagian orang pernyataan ini tidak membangkitkan rasa ingin tau atau tidak mengundang pertanyaan lanjutan karena pernyataan ini tidak mudah diterima, atau tidak bermakna sama sekali. Namun inilah prinsip utama yang harus dipahami, dimengerti, dan diyakini kebenarannya oleh calon murid.

Alam semesta adalah proyeksi dari sebuah Kehendak. Tuhan mem-batin akan keberadaan suatu alam semesta beserta seluruh isinya, maka terciptalah alam itu di dalam batin-Nya. Dan karena Tuhan adalah Satu yang Nyata, maka apa yang diproyeksikan-Nya adalah semu, maya bagi-Nya.
"Before believing there is knowing."
Dasar dari keyakinan adalah mengetahui. Thoth mengawali ajarannya kepada murid untuk mengetahui. Seseorang diharuskan mengetahui terlebih dahulu sebelum meyakininya. Sedangkan kita perhatikan bahwa di masa sekarang ini, orang cenderung harus meyakini terlebih dahulu sebelum bertanya untuk mengetahuinya. Ajaran seperti ini disebut doktrin. Dan banyak terjadi doktrin tidak dilanjutkan dengan pengetahuan. Dan yang membuat seseorang meyakini tanpa syarat suatu doktrin adalah dengan menakuti konsekuensi pelanggaran doktrin tersebut.

Tidak demikian yang seharusnya terjadi. Pengetahuan harus datang terlebih dahulu. Ini adalah proses alamiah. Di ajaran Islam sendiri, sang Rosul, sang Alchemist diharuskan mengetahui terlebih dahulu. "Iqra" atau "Recite" atau "Ucapkan kembali", atau "Bacalah" yang sebuah kata itu sesungguhnya bermakna 'mengetahui'. Sang Rosul harus mengetahui terlebih dahulu sebelum ajaran dapat dilanjutkan.

Yang harus diketahui pertama kali adalah bahwa alam semesta ini merupakan ciptaan batin dari Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan berkehendak, maka terciptalah alam ini di batin-Nya. Dengan demikian maka manusia harus melatih diri untuk mendekatkan atau menyelaraskan batin diri dengan batin Tuhan. Mengapa demikian?

Alam ini eksis di batin Tuhan, maka alam ini mematuhi hukum Tuhan. Tidak ada satupun yang berada di dalam alam ini bisa luput dari hukum Tuhan. Hanya Tuhan yang tidak terikat dengan hukum-Nya. Hukum Tuhan adalah pengetahuan yang kita cari dan pelajari. Inilah tujuan utama dari pencarian ilmu, yaitu memahami hukum Tuhan, memahami batin Tuhan. Maka dengan menyelaraskan batin diri ini dengan batin Tuhan, otomatis manusia dapat mencapai pemahaman mutlak akan pengetahuan alam yang tanpa batas. Pengetahuan Tuhan. Hukum Tuhan. Thoth dilambangkan sebagai sosok yang memegang sebuah Ank di tangannya. Ank adalah simbol dari sebuah kunci kepada pengetahuan Tuhan, pengetahuan yang hakiki.

Bagi praktisi spiritual dan meditator, mereka sudah paham apa yang saya maksudkan di sini. Alam ini berperilaku dengan hukum/pengetahuan Tuhan. Maka, dengan menyerahkan batin diri ini untuk selaras dengan batin Tuhan, akan terbuka pengetahuan Tuhan yang hakiki tanpa batas, dengan penyampaiannya mengunakan bahasa yang dimengerti secara universal, bahasa ruh.

Terdapat 7 lapis mental/batin alam ini. Manusia memerlukan pelatihan khusus serta tempaan fisik dan non-fisik yang memakan waktu lama untuk dapat menembus lapisan demi lapisan alam batin tersebut. Tidak banyak orang yang mampu. Setiap lapis memiliki karakteristiknya sendiri. Perjalanan itu adalah perjalanan ke dalam batin. Penyerahan dan penyelarasan batin ini adalah perjalanan ke dalam batin diri untuk bertemu dengan batin Tuhan.


The Principle of Correspondence
Prinsip Korespondensi/Keterhubungan
"As above so below, as below so above."
Prinsip ini kemudian menelurkan istilah yang kita dengar, "As above so below, as below so above". Apa yang terjadi di langit terjadi pula di bumi. Dan apa yang terjadi di bumi terjadi pula di langit. Yang terjadi di alam makro kosmos juga terjadi di alam mikro kosmos. Terdapat 7 lapis alam semesta kosmos (yang dijelaskan di prinsip pertama di atas), juga terdapat 7 lapis alam di mikro kosmos, yaitu di dalam diri. Pengetahuan mengenai prinsip ini sesungguhnya menguatkan apa yang kita pelajari sebelumnya. Alam adalah bagian dari manusia dan manusia adalah bagian dari alam. Manusia bereaksi terhadap alam, alam pun bereaksi terhadap manusia. Satu sistem yang saling berhubungan, saling mempengaruhi, dan tidak terpisahkah.

Memahami akan pengetahuan yang hakiki menjadikan manusia memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi. "Kesadaran" adalah hasil dari diperolehnya pengetahuan itu. Semakin dekat kau dengan Tuhan - semakin tinggi tingkat kesadaran, maka kau juga menggunakan kesadaran Tuhan (God's consciousness). Hanya ada satu Kesadaran, yaitu kesadaran Tuhan/illahi (The Divine Consciousness).

Dengan menyadari bahwa alam adalah satu sistem yang sama, maka kita akan sadar penuh akan keterhubungan kita dengan sesama manusia, alam, dan Tuhan. Manusia yang sadar akan mampu memisahkan tabir yang menutupi ke-illahi-an setiap penghuni alam ini dan melihat dengan hati nurani akan esensi dari alam ini, serta berkomunikasi dengan seluruhnya menggunakan bahasa ruh. Mereka yang paham dan sadar, maka mereka akan berperilaku benar, selaras dengan Tuhan.

Alam semesta adalah manusia. Manusia adalah alam semesta. The Temple of Man. Alam semesta adalah sebuah kuil. Manusia adalah sebuah kuil. Di dalam kuil itu terdapat sebuah ruangan istimewa, sebuah ruangan paling suci dari yang tersuci (The holy of holies). Di ruang itulah tempat meleburnya dua batin. Sebuah penyatuan dari yang satu kepada yang satu kembali. Tuhan.


The Principle of Vibration
Prinsip Getaran
"Nothing is at rest, everything moves."
Tidak ada satu pun di alam ini yang diam, semua obyek di alam ini bergetar dan bergerak. Hanya Tuhan yang diam. Dari partikel terkecil hingga obyek kosmos terbesar, semuanya bergetar dan bergerak. Bahkan sesuatu yang tampaknya diam sesungguhnya senantiasa bergerak. Pergerakan ini menghasilkan energi dan setiap energi mempengaruhi energi lainnya.

Berangkat dari prinsip pertama di atas yaitu penciptaan alam semesta di dalam batin Tuhan. Bayangkan tubuh anda sendiri, tidak ada bagian tubuh kita yang diam. Setiap sel-sel tubuh anda senantiasa bergerak. Setiap partikel di dalam sel pun bergerak. Dan seluruh tubuh anda pun bisa bergerak jika anda berjalan dari satu posisi ke posisi lainnya. Demikian pula alam semesta ini. Pergerakan-pergerakan itu memerlukan dan menghasilkan energi dengan jumlah tertentu. Planet bumi pun adalah sebuah obyek yang senantiasa bergerak. Materi penyusun bumi pun bergetar dan bergerak.

Sehingga pada prinsipnya, semua ciptaan Tuhan, bergetar dan bergerak. Dan pergerakan itu mematuhi hukum yang satu. Hukum Tuhan. Dengan demikian, berlandaskan pada prinsip kedua di atas, maka setiap materi bergerak itu saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu-sama lain, sebuah kesatuan yang terpisah, terpisah tetapi merupakan kesatuan yang tak terpisahkan.

Hidup seorang anak manusia bagaikan berada di atas kapal laut yang mengarungi samudera luas. Sang anak yang 'sadar' akan prinsip-prinsip kebenaran ini akan mampu menyadari posisinya di alam ini, dan menyadari bahwa dirinya berada di atas sebuah kapal. Dan ia menyadari bahwa kapal tersebut sedang mengapung di permukaan laut yang luas. "Sadar" yang saya maksudkan di sini adalah ia mampu me-rasa-kan apa yang tengah terjadi. Kapal, air laut, angin, berkomunikasi dengan bahasa ruh kepadanya. Dan sang anak mengerti. Sang anak adalah seorang Alchemist, ia mampu berkomunikasi dengan seluruh alam. Ia mengendalikan kapal dengan mengendalikan arah angin, ia mengatur tujuannya. Ia  melakukan semua itu tanpa melawan hukum alam itu sendiri. Karena ia menyadari bahwa dirinya, kapal, laut, angin, adalah satu, harmonis, saling berhubungan, dan saling membutuhkan. Bersama-sama mereka mengarungi samudera alam yang luas penuh rasa bahagia dan syukur yang sedalam-dalamnya.


The Principle of Polarity
Prinsip Pengkutuban

Saat Tuhan menciptakan alam ini, Ia menciptakan cahaya terlebih dahulu. Cahaya memiliki 2 kutub. Oleh karena inilah maka terjadi pengkutuban di alam ini (Polarity). Ada lelaki-perempuan, positif-negatif, atas-bawah, kiri-kanan, baik-buruk, senang-sedih, dll. Semua yang ada di alam ini berpasangan. Tidak ada yang singular kecuali Tuhan.


Dengan memahami prinsip keterpasangan ini maka kita memahami pula bahwa yang satu tidak mungkin bisa berada sendiri tanpa yang lainnya. Dimana ada kebaikan, maka akan tejadi keburukan di tempat yang sama atau di tempat lainnya. Ada cahaya maka akan ada kegelapan. Ada kebahagian, maka akan ada pula ketidakbahagiaan. Manusia tidak mungkin terlepas dari prinsip ini, karena ini termasuk hukum alamiah Tuhan.

Masing-masing kutub memiliki kekuatan yang sama dan saling menyeimbangi.


The Principle of Rhythm
Prinsip Irama

Prinsip ini berhubungan dengan prinsip "Polarity" di atas. Prinsip ini menjelaskan terjadinya ritme atau swing di antara kutub. Segala sesuatu di alam ini tidak bisa terhindar dari irama ini. Seperti pendulum yang bergerak berirama dari titik tertinggi ke titik terendah, kemudian naik lagi ke titik tertinggi pada posisi berlawanan. Semakin tinggi maka semakin kuat dan cepat pula pendulum bergerak. Dan tidak ada pendulum yang diam, karena segala sesuatu senantiasa bergerak selamanya.

Jika kau berada di satu titik ekstrim sebuah kutub, maka kau akan berpotensi untuk bergerak/mengayun ke titik ekstrim yang berseberangan. 

Sang anak, sang Alchemist, mengetahui dan memahami prinsip ini. Ia merasakannya. Segala sesuatu bergerak di sekelilingnya, menghasilkan gelombang energi dan frekuensi yang beraneka ragam. Sang anak berbicara pada angin untuk bertiup lembut sehingga gelombang ombak tidak terlalu keras dan kapal pun berlayar dengan tenang. 

Suatu ketika sang anak mendengarkan berita angin bahwa di hadapannya ada sebentuk pulau karang yang besar. Laut bergejolak ketika mereka mulai mendekati karang itu. Pantulan ombak yang terjadi menjadikan gelombang laut semakin tinggi. Kapal sang anak mulai bergoyang naik-turun dengan kencangnya. Sang anak berkata pada matahari untuk memancarkan sinarnya, menyibak awan dan menggerakkan udara dari arah berlawanan, sehingga terjadi keseimbangan di permukaan air laut. Gelombang laut pun kembali tenang. Kapal berlalu di samping pulau batu karang dengan selamat. Si anak kembali bersyukur dan melanjutkan pelayarannya.

Jadilah pendulum yang berayun tenang, dengan simpangan yang tidak terlalu jauh dari titik diamnya. Inilah yang terbaik. Sang Alchemist tau bagaimana menggerakkan pendulum ke titik ekstrim kapan pun ia menghendakinya, namun ia juga tau bahwa yang terbaik adalah yang mendekati titik tengah. Inilah kesadaran illahi. Kesadaran untuk selalu berada pada keseimbangan dengan ritme minimum. Karena hanya Tuhan-lah yang diam sempurna. Karena di titik diam itu adalah tempat Tuhan.

Kesadaran akan keseimbangan alam, ritme yang tenang, tercerminkan dan terwujudkan pada perilaku manusia. Ini adalah "Budi", 'Bodhi", "Enlightened", yang tercerahkanBudi Pekerti, adalah sebuah sikap dengan tingkat kesadaran yang tinggi terhadap posisinya di alam ini. Pada inilah seharusnya manusia dinilai tingkat kualitas kemanusiaannya.


The Principle of Cause and Effect
Prinsip Sebab dan Akibat

Setiap kejadian menyebabkan kejadian lainnya. Ini adalah hukum alam. Hukum Tuhan yang  berlaku dimanapun di alam ini. Inilah Karma. Kesadaran akan prinsip ini menjadikan kita seharusnya mengetahui bahwa manusia berpotensi menyebabkan sesuatu terjadi, maka terjadilah karma padanya, dan tidak akan berhenti suatu kejadian hingga karma itu selesai - artinya, hingga kejadian itu memenuhi keseluruhan hukum sebab-akibatnya secara alamiah. Dan reaksi ini berjalan terus tanpa bisa dicegah oleh apapun, tidak oleh ruang maupun waktu. Sehingga setelah seseorang meninggal pun, apa yang pernah ia lakukan ketika ia hidup akan terus bergulir sampai karmanya berakhir.


Hanya Tuhan yang berada di luar hukum sebab-akibat ini. Maka sang anak, sang Alchemist yang mengerti prinsip ini akan berusaha menyelesaikan karmanya dengan sebaik-baiknya untuk bisa terbebas dari kemelekatan dunia, dan kembali ke kedekatanya kepada Tuhan.


The Principle of Gender
Prinsip Jenis Kelamin

Yin dan Yang, Feminine dan Masculine adalah dua kutub yang saling melengkapi. Saya sudah sering menyinggung hal ini di tulisan-tulisan saya sebelumya. Begitu pentingnya seorang pelajar, sang anak mengetahui hal ini hingga pengetahuan ini merupakan satu dari 7 prinsip pengetahuan suci Thoth.


Masculine membawa sifat logika, sejarah, science, rationalisme, realita dan aturan serta dogma. Sedangkan Feminine membawa sifat kehidupan non-fisik yang kekal, waktu, ritual, magis, kesadaran-lain (altered-state), dan seni. Pada manusia, otak kiri mewakili sifa-sifat Masculine. Sedangkan otak kanan mewakili sifat-sifat Feminine.

Di tingkat mistic, terjadi perkawinan antara Feminine dan Masculine. Ini adalah sebuah ikatan suci antara dua jenis kelamin, disaksikan oleh Tuhan. Keduanya saling melengkapi. Keduanya menjadikan panutan bagi yang lainnya.

Sang anak adalah seorang yang telah mengalahkan egonya yang telah lama dikuasai oleh bagian masculine di otaknya, hingga terjadi keseimbangan feminine dan masculine. inilah bentuk keseimbangan sempurna yang diajarkan Thoth di dalam sekolah misteri. Tingkat kesadaran tertinggi yang dicapai oleh manusia.

Sang anak menyelesaikan pelajarannya di sekolah misteri itu, dan mulai mengarungi laut kehidupannya sendiri. Menjadi guru bagi pelajar baru. Menjadi bagian harmonis dari alam. Menjadi kekasih Tuhan.
Sang anak adalah sang Alchemist.


=====================

ER.

Tidak ada komentar: