Minggu, 20 Juli 2014

The Science of Spirituality

Part 2: The Field




Edisi 1

Penting: Anda harus membaca Part 1 sebelum membaca tulisan ini.


Perjalanan yang berawal dari banyak pertanyaan dan keraguan berhasil saya susun rapih dengan menekuni fisika. Dulu, bagi saya, fisika adalah cara yang paling tepat untuk menjawab semua pertanyaan-pertanyaan saya. Saya harus mengerti logika dan perilaku alam semesta ini. Dan fisika adalah cara yang tepat. Karena alam semesta tercipta oleh suatu hukum baku. Hukum itu adalah hukum science. Tuhan menciptakan alam ini dengan science. Masih benarkah pernyataan ini? Ya. Pernyataan ini tidak salah. Tuhan menciptakaan alam ini dengan aturan baku. sebuah hukum yang berlaku di bagaima manapun alam ini. Hukum baku ini berasalah dari Tuhan. Hukum ini adalah science. Dengan mempelajari hukum alam, maka kita mempelajari apa yang diketahui-Nya.

Namun orang harus membuka diri kepada science secara menyeluruh. Pengetahuan tidak terkotak-kotak. Seperti tulisan saya sebelumnya (Part 1), bahwa science yang alamiah adalah yang melibatkan seluruh komponen alam ini baik yang materi maupun non-materi. Tidak boleh ada yang luput. Barulah science itu menjadi lengkap, terpadu, dan mampu menjelaskan alam secara benar dan hakiki.

Kebenaran yang hakiki ada di ke-Satu-an seluruh alam.

Saya kemudian menyimpulan bahwa Tuhan menciptakan alam ini pada-Nya. Tuhan adalah medium, wadah, dimana seluruh alam ciptaanNya ini eksis. Tuhan tidak di atas, tidak di bawah. Dia tidak di kanan maupun di kiri. Tuhan ada di mana-mana, karena Tuhan-lah alam ini. Tuhan tidak memerlukan ruang dan waktu untuk eksis. Karena Dia-lah pencipta ruang dan waktu. Maka ruang dan waktu eksis pada-Nya. Saya selalu mengajak orang lain untuk berpikir dan memahami konsep ini dengan baik. Dan ini bukanlah sekedar konsep, ini adalah kebenaran yang hakiki. Jika orang sudah memahaminya, maka terbukalah semua pintu yang selama ini tertutup. Barulah kita bisa melihat alam ini dengan lebih baik dan lebih jelas. Barulah kita bisa mengerti apa yang harus kita lakukan.

Tanpa mempelajari fisika/science, saya tidak mungkin sampai pada kesimpulan di atas. Bukan dari agama, melainkan dari fisika/science. Setelahnya, terbuka pulalah pintu yang selama ini tertutup bagi saya. Walaupun saya sudah menekuni praktek spiritual bertahun-tahun, namun baru setelah mengerti konsep di atas, saya pun menjadi mengerti apa yang sebenarnya tengah terjadi pada sisi spiritual yang selama ini saya tekuni. Keduanya menjadi klop, pas, dan saling membenarkan. Ini adalah sebuah revelation besar bagi saya.

Saya tidak akan menceritakan pengalaman saya. Karena kalau saya lakukan, cerita saya akan menjadi sebuah 'persepsi'. Anda mungkin belum memahami apa yang saya maksud dengan "persepsi", namun nanti anda akan mengerti dengan sendirinya. Singkat alasannya adalah, jika anda mengetahui sebuah cerita dari saya, maka anda akan mencoba mencarinya dalam perjalanan spiritual anda. Dan anda akan terkaburkan olehnya ketimbang mengalami pengalaman anda sendiri yang unik, yang mungkin sedang terjadi pada anda saat ini (dan inilah satu alasan mengapa saya harus sangat berhati-hati menulis di sini). Mengapa demikian? Penjelasannya sangat logis. Silakan lanjutkan membaca.


The Field

Pada tulisan sebelumnya (Part 1) saya memulai dengan Energi. Energi sangat penting untuk dipahami terlebih dahulu, sebelum melanjutkan ke hal yang lainnya. Setelah memahami energi-energi yang ada di alam, selanjutnya adalah memahami konsekuensi penciptaan.

Mungkin para pembaca memperhatikan tulisan saya yang sering menggunakan kata "Tuhan". Mengapa? Karena saya berharap anda yang membaca tulisan saya sejak awal hingga sejauh ini sudah berhasil mengambil kesimpulan yang sama dengan saya mengenai kebaradaan Tuhan. Dan lebih dari itu, saya sangat berharap anda juga memahami apa Tuhan itu. Bukan Tuhan yang anda kenal dari doktrin agama apa pun, bukan Tuhan yang anda ketahui dari ajaran guru anda di sekolah, melainkan Tuhan dalam pemahaman yang sesungguhnya. Tuhan sebagai kebenaran hakiki. Jika anda belum berhasil memahaminya, maka akan sulit memahami tulisan saya selanjutnya. Saya mengundang anda untuk membaca kembali tulisan-tulisan saya yang terdahulu.

Tuhan menciptakan alam ini pada-Nya. Sehingga alam ini tidak kosong. Para ahli fisika pun sudah menemukan adanya medan (the field, kita sebut saja dengan medan-kosmos) di alam yang mengisi setiap ruang di alam ini. Kita seolah-olah berada di dalam lautan, dimana di sekeliling kita adalah air. Dan seperti ikan di laut, mereka mungkin tidak pernah sadar bahwa mereka hidup di dalam air. Mereka tidak pernah tau apakah air itu. Kita pun begitu. Manusia tidak pernah sadar bahwa ruang yang kita diami ini tidak kosong. Ruang adalah sebuah medan-kosmos. Jika anda sudah membaca tulisan-tulisan saya, maka anda bisa mengira-ngira apa hakikat dari medan-kosmos (the field) ini.

Anda bisa membayangkan medan-kosmos bagaikan selembar kanvas yang membentang memenuhi seluruh isi alam semesta. Dan seperti kanvas, bayangkan kanvas yang bisa dilukis, kanvas ini dapat merekam semua yang anda gambarkan padanya. Dengan apa anda menggambar/melukis pada kanvas ini? Yaitu dengan energi.

Mohon maaf bila saya harus menulis maju-mundur, karena memang merupakan tantangan tersendiri dalam menuangkan sesuatu yang abstrak ke dalam sebuah tulisan yang saya harap cukup sistematis dan dengan mudah dimengerti oleh pembaca umum.

'Melukis dengan energi"? Apa maksudnya? Penjelasannya begini;
Jika anda melukis pada kanvas dengan menggunakan kuas dan cat, maka anda melukis pada medan-kosmos dengan menggunakan daya imajinasi dan energi.


Imagination, the Agent of Creation

Manusia adalah makhluk illahi (Divine) yang istimewa. Manusia memiliki kualitas-kualitas Tuhan. Salah satunya yang terpenting adalah kualitas sebagai Pencipta. Seperti Tuhan Yang Maha Mencipta, manusia pun memiliki sifat 'penciptaan' itu. Seorang Sufi Master, Llewellyn Vaughan-Lee, mengatakan; Human is the Agent of Creation. Untuk memahami bagaimana "penciptaan" itu dilakukan? kita harus membedahnya lebih lanjut

Sekali lagi mohon maaf jika saya tampak seperti sedang mengada-ada, dan tulisan saya seperti sebuah ajakan kepada sebuah aliran sesat. Tidak. Saya sedang menjelaskan sesuatu yang hampir tidak dapat dijelaskan dalam bentuk atau bahasa apapun. Maka jika anda kurang berkenan membacanya, harap bisa dimaklumi.

Mungkin anda pernah mendengar juga bahwa Tuhan adalah Maha Berkehendak. Jika Ia ingin menciptakan sesuatu, maka 'Terjadilah'!. Kira-kira memang seperti itulah yang juga harus dilakukan oleh manusia. Kita harus memfokuskan segenap kekuatan otak kita pada sesuatu. Niat, yang sangat kuat. Kedengarannya tidak asing ditelinga anda. Namun yang mungkin tidak anda ketahui adalah apa yang terjadi ketika anda berniat.

'Niat' adalah sebuah keinginan, tekad bulat. Sesungguhnya anda menggunakan kemampuan istimewa otak anda untuk berimajinasi. Anda membayangkan sesuatu yang anda inginkan. Anda sudah sering berimajinasi namun sesuatu yang sangat sederhana ini pada hakikatnya memiliki kekuatan yang luar biasa. Imajinasi adalah kemampuan penciptaan. Manusia disebut sebagai Agent of Creation karena manusia mampu berimajinasi.


The Field and The Energy

Tibalah kita di bagian terpenting;
Ketika anda berimajinasi dengan kuat - niat yang kuat, maka niat/imajinasi itu menghasilkan sebentuk energi. Energi ini akan mempengarui medan-kosmos di alam. Jika imajinasi adalah kuas, dan energi tersebut adalah cat, maka anda sedang menorehkan sebuah lukisan di atas kanvas yang tak lain adalah medan-kosmos itu sendiri.. Seluruh kejadian ini disebut manifestasi, sebuah proses penciptaan.

Seperti Tuhan yang berkehendak, maka terjadilah. Tuhan bermanifestasi ke ciptaan-Nya.

Energi yang anda bentuk dari niat/imajinasi tersebut membentuk suatu wujud (manifestasi) pada medan-kosmos (the field). Anda mungkin tidak menyadarinya, tetapi ini terjadi setiap saat. Semakin kuat energi itu, semakin nyata wujud manifestasinya pada medan-kosmos - pada alam, dan semakin luas pula pengaruhnya. Semakin kuat lagi, maka manifestasi itu akan berwujud nyata di alam ini.

Energi dari kehendak anda yang kuat bagaikan pusat medan gravitasi dimana obyek-obyek lain disekelilingnya terpengaruh oleh medan gravitasi ini, perlahan ter-tarik kearahnya. Semakin anda pusatkan energi anda terus menerus, maka gaya-tariknya akan semakin kuat.

Tanpa anda sadari sebelumnya, anda telah menciptakan sesuatu di alam. Sekarang anda tau bahwa anda mampu mencipta. Bekerja dengan energi dan medan-kosmos adalah mengendalikan energi yang anda hasilkan dan menciptakan keseimbangan di alam. Manifestasi yang anda hasilkan dapat berdampak positif dan negatif bagi alam ini dan bagi makhluk/orang lain. Demikian pula sebaliknya anda pun tanpa disadari dapat terpengaruh oleh manifestasi dari orang lain di sekeliling anda. Ini adalah konsekuensi penting. Hanya Tuhan Yang Hakiki yang segala ciptaan-Nya selalu sempurna. Sedangkan pada manusia atau makhluk ciptaan-Nya, manifestasi itu tidak selalu sempurna. Manusia masih bisa terpengaruh oleh energi-energi lainnya dalam bermanifestasi. Seperti energi dari ego atau nafsu, energi dari kemelekatan duniawi. Energi-energi negatif itu akan mempengaruhui wujud manifestasi anda. 


The Cloud of Perception

Selain pengaruh energi, juga ada 'persepsi', seperti yang sempat saya singgung di atas. Bila anda mendengar atau melihat sebuah kejadian, maka otak anda akan berpersepsi terhadapnya. Anda akan berusaha menelaah kejadian yang anda lihat atau dengar tersebut - yang bukan berasal dari anda sendiri, dan hal ini akan langsung mempengaruhi imajinasi anda, yang juga mempengaruhi manifestasi yang anda buat pada medan-kosmos.

Apa yang saya tuliskan di sini juga termasuk sebuah 'kejadian', yang anda baca. Sehingga tulisan saya ini akan menjadi sebuah persepsi bagi anda. Oleh karena pertimbangan inilah maka saya sesungguhnya sempat mencegah diri saya untuk menulis. Pengetahuan illahi adalah hasil dari perjalanan pribadi. Bukan sesuatu yang diajarkan. Karena ajaran adalah persepsi. Pengetahuan illahi harus didapat dari dalam diri setiap manusia. Bukan dari luar. Perjalanan spiritual adalah perjalanan ke dalam diri. Karena pengetahuan illahi sudah ada pada setiap manusia. Manusia hanya perlu mencarinya ke dalam, membangkitkannya, dan menyaksikan/mengalami pengalaman spiritual itu sendiri.


A Mystical Journey

Saya harap anda sudah mulai mengerti alasannya mengapa pada setiap ajaran agama banyak hal-hal yang di-simbolkan. Setiap ajaran agama membawa dua buah pelajaran; 

Pertama, adalah yang bersifat materi. Yaitu ajaran yang berupa aturan, prosedur, yang dapat langsung dipraktekkan oleh pengikutnya. Di Islam ini disebut dengan "Syariat". Syariat berarti aturan, policy. Syariat harus dilaksanakan. Dan biasanya ada reward (hadiah, pahala) serta punishment (hukuman, dosa) bagi yang melaksanakannya dan tidak melaksanakannya. Syariat ini juga sebagai pembatas atau pembeda antara ajaran agama yang satu dan yang lainnya.

Kedua, adalah yang bersifat mistis. Sesuatu yang tersirat, bukan tersurat. Sesuatu yang tidak anda dapatkan langsung bila anda membaca kitab suci. Tidak akan anda dapatkan dari guru agama, baik guru di sekolah harian, di masjid, ataupun di sekolah minggu. Ketika anda berada pada wilayah ini, maka anda akan mengetahui kesamaan pesan-pesan ilmu yang anda dapatkan di sini dengan pesan-pesan semua ajaran spiritual mistis lainnya, seperti Sufi, Hindu dan Buddha. Tidak ada lagi dinding pemisah di antara semua ajaran-ajaran mistis di dunia. Ajaran ini akan meleburkan pandangan anda. Ketika anda sudah mengakui kehadiran dari sesuatu yang sangat penting dari dalam diri anda, maka anda akan merasa siap atau terpanggil untuk melakukan perjalanan spiritual 'ke dalam'.

Jadi, apa sessungguhnya praktik spiritual itu? Dari tulisan saya ini, (Part 1 dan Part 2), anda bisa mengambil kesimpulan; Praktik spiritual adalah sebuah perjalanan ke dalam diri. Sebelumnya, seseorang sudah harus meyakini adanya sisi mistis di alam ini yang berupa pintu untuk meng-akses pengetahuan illahi dalam diri orang tersebut. Perjalanan ini hanya bisa dilakukan jika ia terlepas dari kemelekatannya terhadap hal-hal yang bersifat duniawi.

Ia akan menemukan hakekat atau keberadaan dari energi-energi di alam, Ia akan menemukan hakekat penciptaan. Ia akan mengetahui rahasia alam terbesar. Sebuah pengetahuan yang selama ini terpampang di hadapannya namun terkabutkan oleh segala hal keduniawian seperti materi, logika, ego, nafsu, cinta pada kebaikan dunia, keinginan, imbalan, hasrat, cita-cita, dan persepsi. Ia akan mengetahui rahasia Tuhan.


The Great Secret of True Logic

Sampailah kita pada hal terpenting kedua. Saya harap anda membacanya baik-baik.

Alam materi mendiktekan anda berlogika seperti ini; Sesuatu dikatakan ada atau eksis yaitu bila sesuatu itu berwujud (dapat dilihat, dirasa, didengar).

Di atas adalah logika yang selama ini kita gunakan untuk menterjemahkan perilaku alam. Sekali lagi, saya ingin tekankan dengan kuat, bahwa logika itu adalah logika yang semu. Logika itu tidak akan mampu membawa kita kepada pemahaman yang menyeluruh dan hakiki terhadap alam ini secara utuh.

Logika yang sesunggunya adalah logika yang alamiah. Logika yang harus melibatkan semua komponen alam ini secara menyeluruh dan utuh. Logika alamiah itu berbunyi seperti ini; Sesuatu dikatakan ada atau eksis bila sesuatu itu diyakini keberadaannya.

Praktek spiritual melibatkan imajinasi, pemenuhan energi ke dalam sebuah imajinasi. Penciptaan. Pembentukan suatu wujud di alam. Manifestasi. Dari yang tidak ada atau tersembunyi menjadi ada dan terbuka. Kewujudan ini eksis di dua realita; materi dan non-materi, pada multi dimensi alam semesta. Tanpa ruang, tanpa waktu. Di sini, sekarang.
This is the true logic of nature, and the secret logic of the spiritual.


Berlanjut ke Part 3.

Tidak ada komentar: